Today:Sunday, 24 November 2024
hipovolemia berbahaya

Hipovolemia – Syok Berbahaya Yang Mengancam Jiwa?

Hipovolemia

Hipovolemia merupakan keadaan ketika jumlah darah dan cairan di dalam tubuh berkurang secara drastis. Apa saja yang dapat menyebabkan hipovolemia? Bagaimana cara penanganannya? Simak penjelasannya berikut!

Apa Itu Hipovolemia?

Hipovolemia atau disebut juga syok hipovolemik adalah suatu kondisi kritis yang mengancam jiwa. Hipovolemia adalah kegagalan sirkulasi akibat kehilangan volume intravaskular (baik darah atau cairan).

Kehilangan volume sirkulasi ini menyebabkan hipoperfusi jaringan dan hipoksia jaringan. Jika tidak ditangani segera, syok hipovolemik dapat menyebabkan cedera iskemik pada organ vital dan dapat menyebabkan kegagalan multi organ. 

Tingkatan dan Gejala

Ada 3 tingkatan hipovolemik berdasarkan jumlah darah atau cairan yang hilang, yaitu: 

a. Ringan 

Pada tingkatan ini, pasien mengalami kehilangan darah kurang dari 20%. Tahapan ini susah untuk didiagnosa karena tekanan darah dan laju napas masih normal. Gejala yang paling terlihat pada tahapan ini adalah kulit pasien yang pucat dan tiba-tiba terlihat cemas.

b. Sedang

Pada hipovolemia sedang, tubuh kehilangan darah sekitar 20-40% dari volume total. Tekanan darah dan laju napas akan meningkat. Pasien akan mulai berkeringat, cemas, dan volume urin yang keluar sedikit (oliguria). 

c. Berat

Hipovolemia berat terjadi apabila pasien mengalami kehilangan darah lebih dari 40%. Tekanan darah sistolik akan menurun hingga <100 mmHg, nadi akan meningkat hingga >120 bpm (beat per minute), dan laju napas meningkat hingga >30 kali per menit. Pasien akan terlihat sangat pucat, berkeringat hebat, namun terasa dingin jika disentuh. 

Apa Penyebab Hipovolemia?

Hipovolemia atau syok hipovolemik dapat dibagi menjadi hemoragik dan non-hemoragik. Syok hemoragik disebabkan oleh penurunan akut volume intravaskular akibat perdarahan. Sebaliknya, syok non-hemoragik disebabkan berkurangnya volume intravaskular karena kehilangan cairan tubuh. 

Cedera traumatis, perdarahan akibat intervensi bedah, dan komplikasi persalinan merupakan penyebab terbanyak dari hipovolemia hemoragik. Sedangkan hipovolemia non-hemoragik dapat disebabkan karena kulit yang terbakar, diare hebat, produksi keringat yang berlebihan, dan mual muntah hebat.

Komplikasi Hipovolemia

Seperti yang telah disebutkan di atas, komplikasi terbesar yang paling berbahaya dari terjadinya hipovolemia adalah kegagalan multi organ dan kematian. Namun, komplikasi lain terutama yang disebabkan oleh pengobatan seperti kelebihan sirkulasi, sindrom kompartemen perut, dan reaksi transfusi juga dapat terjadi. Oleh karena itu, dibutuhkan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah komplikasi ini terjadi. 

Penanganan Hipovolemia

Prinsip utama penangan hipovolemia adalah mengontrol kehilangan cairan dan mengganti cairan yang hilang. Penanganan yang dilakukan bertujuan untuk menstabilkan tekanan darah, denyut nadi, dan laju napas agar kembali normal. 

Dokter biasanya akan menggantikan darah atau cairan yang hilang dengan cairan intravena yang disebut kristaloid. Dokter juga mungkin memberikan infus cairan koloid pada kasus lainnya.

Pada hipovolemia hemoragik, komponen darah tertentu mungkin akan hilang, sehingga diperlukan transfusi darah sesuai dengan kebutuhan pasien. Setelah syok dapat terkendali dan volume darah stabil kembali, dokter akan mengobati penyakit atau cedera yang menyebabkan syok tersebut. 

Waspada Gejalanya Sebelum Terlambat

Hipovolemia adalah keadaan darurat medis dimana volume darah atau cairan tubuh turun ke tingkat yang membahayakan. Hipovolemia dapat berakibat fatal apabila tidak segera mendapat penanganan. 

Trauma fisik atau penyakit lain yang dapat menyebabkan tubuh kehilangan darah atau cairan secara drastis, harus mendapatkan penanganan yang tepat secepat mungkin. Segera ke fasilitas kesehatan terdekat apabila mengalami gejala-gejala yang dapat mengakibatkan hipovolemia sebelum terlambat. 

Share