Today:Wednesday, 27 November 2024
gizi buruk pada anak tidak hanya soal kesehatan saja

Gizi Buruk pada Anak – Penyebab, Jenis, Dampak, dan Solusi

Gizi Buruk pada Anak

Gizi buruk pada anak menjadi masalah setiap negara karena anak-anak adalah calon penerus bangsa. Gizi buruk sendiri berbanding terbalik dengan obesitas yang mana seseorang mendapatkan kelebihan asupan zat gizi.

Menurut PSG (Pemantauan Status Gizi) pada tahun 2017, 3,8% anak berusia 0-59 bulan (balita) memiliki status gizi buruk.

Apa itu gizi buruk pada anak? Apa saja indikator, gejala, dan dampaknya? Bagaimana cara penanganannya?

Apa Itu Gizi Buruk pada Anak?

Gizi buruk pada anak adalah kondisi dimana berat badan anak di bawah standar normal atau dengan kata lain tidak sesuai dengan usianya. 

Mirip dengan stunting yang merupakan kondisi dimana seorang anak memiliki tinggi badan di bawah standar normal/tidak sesuai dengan usianya.

Indikator Gizi Buruk pada Anak

Indikator gizi buruk pada anak adalah Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB), Berat Badan/Umur (BB/U), Tinggi Badan/Umur (TB/U), dan Indeks Massa Tubuh/Usia (IMT/U).

PB (panjang badan) digunakan untuk anak berusia 0-24 bulan, sementara TB dipakai untuk usia lebih dari 24 bulan.

Z-score menjadi parameter yang menentukan gizi buruk pada anak. Cara menghitung Z-score

Z-score = (Berat Badan Anak – Median Baku Rujukan)/Nilai Simpangan Baku Rujukan

Nilai median baku rujukan bergantung pada tinggi badan, berat badan, umur, dan jenis kelamin. Nilai tersebut bisa dilihat pada PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2020 TENTANG STANDAR ANTROPOMETRI ANAK.

Berikut klasifikasi status gizi pada anak-anak.

Tabel 1. Parameter Status Gizi Anak Berdasarkan Berat Badan dan Umur (0-60 Bulan)

Indeks Status Gizi anak Ambang Batas (Z-score)
Berat Badan Menurut Panjang Badan (PB) atau Tinggi Badan (TB) di usia 0-60 bulan Gizi buruk > +3 SD
Gizi kurang -3 SD sampai dengan < -2 SD
Gizi baik -2 SD sampai dengan +1 SD
Berisiko gizi lebih > +1 SD sampai dengan +2 SD
Obesitas > + 3 SD

 

Tabel 2. Parameter Status Gizi Anak Berdasarkan IMT dan Umur (0-60 Bulan)

Indeks Status Gizi anak Ambang Batas (Z-score)
Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) anak usia

0 – 60 bulan

Gizi buruk > +3 SD
Gizi kurang -3 SD sampai dengan < -2 SD
Gizi baik -2 SD sampai dengan +1 SD
Berisiko gizi lebih > +1 SD sampai dengan +2 SD
Obesitas > + 3 SD

 

Tabel 3. Parameter Status Gizi Anak Berdasarkan Panjang/Tinggi Badan dan Berat Badan (0-60 Bulan)

Indeks Status Gizi anak Ambang Batas (Z-score)
Berat Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB) anak usia 0 – 60 bulan Gizi buruk > +3 SD
Gizi kurang -3 SD sampai dengan < -2 SD
Gizi baik -2 SD sampai dengan +1 SD
Berisiko gizi lebih > +1 SD sampai dengan +2 SD
Obesitas > + 3 SD

Catatan: term panjang badan untuk anak berusia 0-2 tahun, sementara term tinggi badan untuk anak berusia lebih dari 2 tahun.

a. Contoh Studi Kasus untuk Menghitung Z-Score

Misalnya, B adalah anak perempuan berusia 30 bulan dengan berat badan 9 kg dan memiliki tinggi sebesar 96 cm. Maka Z-score untuk BB/U, BB/TB, dan IMT/U adalah.

  1. Untuk kasus BB/U

Median baku rujukan BB/U anak perempuan berusia 30 bulan adalah 12,7 kg.

Z-score =(9 kg – 12,7 kg) : (12,7 kg -11,2 kg) = -2,47

Dari Z-score-nya, maka B mengalami gizi kurang (Z-score berada di antara -3 dan -2).

  1. Untuk kasus BB/TB

Media baku rujukan BB/TB anak perempuan dengan tinggi badan 96 cm dan berusia 30 bulan adalah 14,1 kg.

Z-score =(9 kg – 14,1 kg) : (14,1 kg -12,9 kg) = -4,2

Berdasarkan Z-score-nya, maka B mengalami gizi buruk (Z-score lebih kecil dari -3)

  1. Untuk kasus IMT/U

IMT bisa diketahui dengan membagi berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m).

IMT B = 9 kg / (0,96 m0,96 m) = 9,77 kg/m2

Media baku rujukan IMT/U anak perempuan berusia 30 bulan adalah 15,5 kg/m^2

Z-score =(9,77 kg/m2 – 15,5 kg/m2) : (15,5 kg/m2 -14,3 kg/m2) = -4,775 

Menurut Z-score-nya, maka B mengalami gizi buruk (Z-score lebih kecil dari -3)

Apa Penyebab Terjadinya Gizi Buruk pada Anak?

Setelah mengetahui indikator gizi buruk pada anak, lalu apa saja penyebab gizi buruk pada anak?

a. Kekurangan Asupan Makanan

Setiap manusia termasuk anak-anak memiliki kebutuhan kalori yang harus dipenuhi setiap harinya. Jika kekurangan asupan, ada peluang terjadinya gizi buruk pada anak.

b. Pemberian Makanan Padat sebelum Anak Berumur 6 Bulan

Dikutip dari Kemenkes, salah satu penyebab gizi buruk pada anak adalah pemberian makanan padat saat usia anak belum mencapai 6 bulan.

Jenis-Jenis dan Gejala Gizi Buruk pada Anak

a. Marasmus

Marasmus adalah kondisi malnutrisi dimana seorang anak kekurangan asupan kalori dan protein, sehingga kehilangan jaringan adiposa dan otot.

Anak yang mengalami marasmus berpeluang memiliki TB/BB dengan Z-score BB/TB yang lebih kecil dari -3 SD.

Gejala marasmus adalah kehilangan berat badan, dehidrasi, perut yang mengecil, dan diare.

b. Kwashiorkor

Kwashiorkor adalah salah satu bentuk gizi buruk pada anak yang ditandai dengan terlalu banyak cairan di jaringan tubuh yang menyebabkan pembengkakan di bawah kulit (edema). Hal ini terjadi karena kekurangan asupan protein yang sangat parah.

Kondisi ini bisa fatal karena jika tidak ditangani, karena anak dengan kwashiorkor sangat rentan terhadap infeksi.

Gejala kwashiorkor adalah berat badan tidak bisa naik, edema, dan perut membuncit.

c.  Marasmus-Kwashiorkor

Marasmus-Kwashiorkor adalah kondisi malnutrisi yang memiliki gejala dari marasmus dan kwashiorkor.

Anak dengan kondisi marasmus-kwashiorkor biasanya:

  1. Kurus secara ekstrim
  2. Menunjukkan tanda wasting pada area badannya
  3. Memiliki penumpukan cairan pada bagian tubuhnya
  4. Tidak bereaksi pada rangsangan
  5. Bokong kendur
  6. Rambut tipis, jika dicabut, anak tidak akan merasakan sakit
  7. Tulang iga nampak jelas

Parahnya, anak dengan kondisi ini memiliki berat badan kurang dari 60% dari standar berat badan umurnya.

Pertolongan medis harus segera dilakukan untuk anak dengan kondisi menyedihkan seperti ini.

Apa Dampak Gizi Buruk pada Anak?

Gizi buruk pada anak karena bisa menyebabkan dampak negatif seperti

  1. Anxiety
  2. Perkembangan mental yang buruk
  3. Rentan mendapatkan infeksi karena sistem imun melemah
  4. Menipisnya massa otot
  5. Memengaruhi indra penglihatan, perasa, dan penciuman

Penanganan Gizi Buruk pada Anak

Penanganan gizi buruk pada anak terbagi menjadi 4 fase, yaitu stabilisasi, transisi, rehabilitasi, dan tindak lanjut.

a. Stabilisasi

Fase ini merupakan fase awal perawatan dan umumnya hanya berlangsung 1-2 hari saja, tetapi bisa lebih dari 2 hari, tergantung pada kondisi anak. Tujuan fase ini agar kondisi anak stabil. 

Pemantauan pada fase stabilisasi dilakukan dengan mencatat tanda vital, yaitu:

  1. Denyut jantung
  2. Frekuensi pernapasan
  3. Suhu tubuh

Selain itu derajat edema, tanda-tanda bahaya lain, asupan formula, volume urin, frekuensi defekasi (buang air), konsistensi feses, dan berat badan juga ikut dipantau.

b. Transisi

Fase ini bisa dibilang merupakan fase di antara stabilisasi dan rehabilitasi atau masa peralihan.

Tujuan dari adanya fase transisi adalah memberikan kesempatan untuk tubuh anak agar bisa beradaptasi dengan asupan energi dan protein yang semakin meningkat.

Pada fase transisi, pemantauan yang dilakukan juga sama dengan fase stabilisasi.

c. Rehabilitasi 

Fase rehabilitasi bisa dijalankan dengan rawat jalan ataupun rawat inap.

Tujuan dari fase rehabilitasi adalah agar anak bisa tumbuh kejar. Caranya? Dengan memberikan asupan energi sebesar 150-220 kkal/kgBB/hari dalam bentuk F100 atau UTF secara bertahap. Selain itu, ada penambahan asupan makanan sesuai dengan berat badan.

Fase ini biasanya berlangsung selama 2-4 minggu. 

Kemajuan dari terapi bisa dinilai dari pertambahan berat badan yang dialami anak setelah fase transisi dan mendapatkan F100 atau RUTF.

Pemantauan yang dilakukan pada fase ini berbeda dengan fase stabilisasi dan transisi. Pencatatan asupan formula dan kenaikan berat badan adalah pemantauan yang dilakukan pada fase rehabilitasi.

d. Tindak Lanjut

Pada fase tindak lanjut, anak diberikan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) dengan tujuan untuk tumbuh kejar.

Mari Cegah Gizi Buruk pada Anak!

Gizi buruk pada anak harus dicegah karena mereka merupakan generasi penerus bangsa dan harapan di masa depan.

Mari rawat anak kita dengan baik dan penuhi kebutuhan zat gizinya agar tidak terjadi gizi buruk.

Share