Radang Usus Buntu
Pernahkah kamu atau orang sekitarmu menjalani operasi karena radang usus buntu?
Berdasarkan data WHO, di negara Asia Tenggara, Indonesia menempati urutan pertama sebagai angka kejadian radang usus buntu tertinggi dengan prevalensi 0,05%. Radang usus buntu di Indonesia tercatat sebanyak 1 dari 400 populasi mengalami usus buntu.
Lalu, bagaimana radang usus buntu ini bisa terjadi?
Patogenesis Radang Usus Buntu
Radang usus buntu adalah penyakit yang terjadi karena terdapat obstruksi atau penyumbatan yang terjadi di lapisan usus buntu.
Penyumbatan ini biasanya dipicu oleh pembesaran (hiperplasia) kelenjar getah bening (limfoid) yang terdapat pada lapisan usus buntu, benda asing seperti biji-bijian atau bahkan parasit seperti cacing.
Jadi sebenarnya bukan cabai yang membuat seseorang usus buntu, tetapi biji cabai serta sisa makanan lain dengan serat yang rendah dapat memicu terjadinya penyumbatan pada radang usus buntu.
Proses awalnya, biasanya terjadi sumbatan pada saluran usus buntu yang menyebabkan jaringan di sekitar usus tersebut mudah mengalami infeksi.
Saat sumbatan terjadi, bakteri dapat berkembang biak dengan cepat yang akhirnya menyebabkan apendiks menjadi infeksi, meradang, bengkak, dan bahkan mengeluarkan nanah yang membuat timbul rasa nyeri perut, demam dan mual atau muntah.
Pada operasi usus buntu, bagian ini yang akan diangkat sehingga sumber infeksi menjadi hilang.
Penyebab Radang Usus Buntu
Lalu apa sajakah penyebab terjadinya usus buntu? Terjadinya penyakit ini dapat disebabkan oleh hal-hal di bawah ini:
1. Terbentuknya Fecalith
Penyebab sumbatan pada usus buntu yang memicu terjadinya radang usus buntu paling sering adalah fecalith. Fecalith merupakan ampas atau bakal feses yang tidak dikeluarkan dan mengeras di saluran pencernaan.
Fecalith ini ditemukan pada sekitar 20% anak dengan apendisitis.
2. Luka pada Lapisan Usus Buntu Akibat Parasit
Penyebab yang diduga menimbulkan radang usus buntu adalah ulserasi (luka) pada mukosa (lapisan teratas) appendiks oleh parasit E. histolytica.
Selain itu bakteri yang terlibat dalam menyebabkan infeksi pada radang usus buntu yaitu bakteri Escherichia coli, Viridans streptococci, Pseudomonas aeruginosa, Enterococcus Bacteroides fragilis, Peptostreptococcus micros, Bilophila species, Lactobacillus species
3. Tumor di Sekitar Usus Buntu
Tumor pada organ usus atau sekitar usus buntu dapat membuat lumen (saluran) usus menjadi sempit sehingga memicu terjadinya penyumbatan, yang pada akhirnya memicu peradangan
4. Benda Asing atau Parasit pada Usus Buntu
Penyebab radang usus buntu yang lainnya adalah keberadaan benda asing dari makanan yang sulit dicerna seperti biji-bijian kecil atau parasit seperti cacing terutama jenis Oxyuris vermicularis
Gejala Radang Usus Buntu
Sebelum operasi usus buntu dilakukan, penegakan diagnosis dibuat berdasarkan gejala atau keluhan yang dialami seseorang. Adapun gejala yang dapat terjadi pada radang usus buntu adalah:
1. Nyeri Perut yang Khas
Gejala utama radang usus buntu adalah nyeri di perut yang disebut kolik abdomen. Nyeri dirasakan sebagai nyeri yang tumpul, di daerah periumbilikal (sekitar umbilikus/pusar) yang lama kelamaan seiring dengan waktu akan berlokasi di perut kanan bawah.
Terjadi peningkatan rasa nyeri yang memberat seiring dengan perkembangan penyakit.
Dalam waktu beberapa jam, nyeri akibat penyakit radang usus buntu bisa memberat, terutama saat bergerak, menarik napas dalam, batuk, atau bersin.
2. Kehilangan Nafsu Makan, Mual dan Muntah
Gejala lainnya yang dirasakan pada radang usus buntu adalah kehilangan nafsu makan, mual dan muntah.
Hal ini terkait dengan keluarnya senyawa inflamasi (radang) pada saluran cerna sehingga memicu terjadinya mual dan muntah.
3. Demam
Demam dapat terjadi pada radang usus buntu karena terjadinya infeksi yang memicu keluarnya komponen-komponen sistem imunitas tubuh.
4. Konstipasi dan Kembung
Akibat terganggunya sistem saluran pencernaan, gerak peristaltik yang normalnya ada pada usus bisa terganggu. Hal ini memicu terjadinya konstipasi atau sensasi perut yang kembung.
Diagnosis Radang Usus Buntu
Operasi usus buntu dilakukan hanya jika diagnosis pasti terjadinya radang usus buntu sudah ditegakkan oleh dokter. Adapun langkah dalam mendiagnosis radang usus buntu adalah:
1. Tanya Jawab dan Riwayat Penyakit
Diagnosis radang usus buntu diawali dengan tanya jawab seputar gejala dan riwayat kesehatan pasien dan keluarganya, riwayat operasi, penggunaan obat-obatan, dan riwayat alergi.
2. Pemeriksaan Fisik
Langkah berikutnya adalah pemeriksaan fisik, salah satunya adalah dengan menekan area perut yang terasa nyeri. Radang usus buntu umumnya ditandai dengan nyeri yang makin parah setelah area perut yang ditekan dan kemudian dilepas dengan cepat.
3. Pemeriksaan Tambahan
Tidak berhenti sampai pemeriksaan fisik, dibutuhkan pemeriksaan tambahan pada penegakan radang usus buntu. Berikut adalah pemeriksaan yang umumnya dilakukan:
- Tes darah terutama sel darah putih yang menandakan adanya infeksi
- Urinalisa (tes urin) dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal
- USG abdomen (perut) untuk melihat organ dalam perut
- Tes kehamilan dilakukan pada wanita untuk menjamin bahwa nyeri yang dirasakan bukan terkait kehamilan ektopik (kehamilan yang berada di luar rahim)
Bahaya dan Komplikasi Radang Usus Buntu
Bagaimana dengan bahaya dan komplikasi radang usus buntu? Radang usus buntu yang tidak tepat dan cepat penanganannya dapat menyebabkan hal berikut:
1. Perforasi (Kebocoran) Usus
Kondisi dimana terjadi perforasi (kebocoran) dinding usus sebagai akibat dari usus yang meradang yang tak kunjung diatasi.
2. Peritonitis
Sebagai akibat dari meluasnya peradangan usus, dinding perut bisa ikut terlibat, sehingga membuat kondisi infeksi luas dan membuat gejala khas berupa perut kaku atau tegang (defans muscular)
3. Syok Septik
Jika kondisi infeksi tidak segera diatasi, peradangan bisa terjadi secara sistemik melibatkan pembuluh darah seluruh tubuh yang disebut dengan syok septik.
Pengobatan Radang Usus Buntu
Pengobatan radang usus buntu bervariasi tergantung dengan waktu awal munculnya penyakit (akut atau kronis).
Pada beberapa kasus radang usus buntu yang ringan, pasien dapat sembuh hanya dengan pemberian antibiotik sehingga operasi tidak perlu dilakukan.
Saat dokter menyatakan bahwa diperlukan operasi usus buntu, antibiotik akan segera diberikan terlebih dahulu untuk mengatasi kondisi infeksi yang mengakibatkan radang usus buntu.
Berikut adalah dua jenis pengobatan pada radang usus buntu yang umumnya tidak diberikan secara tunggal melainkan secara kombinasi:
1. Obat-obatan pada Radang Usus Buntu
Orang yang dicurigai mengalami radang usus buntu disarankan untuk berpuasa untuk mengurangi gejala terkait sistem pencernaan.
Pemberian antiemetik (anti mual) dan analgesik (anti nyeri) dapat diberikan untuk mengurangi gejala.
Pemberian antibiotika preoperatif (sebelum operasi) diberikan untuk mengurangi peradangan.
2. Operasi pada Radang Usus Buntu
Pengobatan utama radang usus buntu adalah dengan operasi pengangkatan usus buntu atau apendektomi.
Operasi usus buntu dalam istilah medis dikenal sebagai appendektomi. Operasi usus buntu merupakan prosedur pembedahan yang dilakukan pada orang yang mengalami radang pada organ appendix vermicularis (usus buntu) atau disebut juga dengan istilah apendisitis.
Umumnya, operasi usus buntu ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melalui laparoskopi atau operasi kecil, dan bedah terbuka atau laparotomi.
Kedua teknik operasi usus buntu tersebut diawali dengan melakukan bius total pada pasien.
3. Laparoskopi
Operasi usus buntu dengan laparoskopi dilakukan dengan membuat beberapa sayatan sebesar lubang kecil di perut.
Melalui sayatan kecil tersebut, dokter akan memasukkan alat bedah khusus untuk mengangkat usus buntu. Dokter akan dibantu dengan adanya teropong kamera yang dimasukkan ke dalam perut
4. Laparotomi
Laparotomi merupakan operasi usus buntu yang dilakukan dengan membedah perut bagian kanan bawah sepanjang 5–10 cm, dan mengangkat usus buntu.
Operasi usus buntu ini umumnya dilakukan pada radang usus buntu yang infeksinya telah menyebar keluar usus buntu, atau jika sudah bernanah.
Operasi usus buntu ini tidak akan menyebabkan masalah jangka panjang pada pencernaan. Hal ini karena pada orang dewasa, usus buntu tidak memiliki peran yang terlalu penting.
Pencegahan Radang Usus Buntu
Setelah mengetahui bagaimana operasi usus buntu, hal penting berikutnya adalah bagaimana cara pencegahan dari radang usus buntu ini.
Terdapat beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari risiko terjadinya radang usus buntu, yaitu:
- Mengonsumsi makanan dengan kandungan gizi yang seimbang
- Meningkatkan asupan makanan yang mengandung serat tinggi
- Mengonsumsi air putih dalam jumlah yang cukup
- Mengonsumsi makanan yang mengandung probiotik
- Menghindari untuk menunda Buang Air Besar (BAB)
- Melakukan aktivitas fisik untuk mencegah konstipasi
Mari Terapkan Pola Hidup Sehat untuk Terhindar dari Radang Usus Buntu!
Kamu bisa mengurangi risiko terjadinya radang usus buntu dengan memulai membiasakan pola hidup sehat.
Karena sejatinya, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati!