Today:Thursday, 21 November 2024
hipertensi bisa dicegah dengan pengukuran tekanan darah secara berkala

Hipertensi – Tidak Terlihat dan Mematikan

Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah yang tinggi adalah kondisi dimana pembuluh darah mengalami kenaikan tekanan secara terus-menerus. 

Jika diukur dengan angka, hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih besar dari atau sama dengan 90 mmHg.

Tekanan darah tercipta oleh gaya dorong darah ke dinding pembuluh darah (arteri) saat dipompa oleh jantung. Semakin tinggi tekanannya, semakin keras kerja jantung untuk memompa darah.

Menurut data Riset kesehatan dasar (Riskesdas pada tahun 2018, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 34,11% untuk orang yang berumur lebih dari 18 tahun. Itu berarti, 1 dari 3 orang yang berumur di atas 18 tahun memiliki tekanan darah tinggi.

Apa yang perlu kamu ketahui tentang penyakit yang dijuluki the silent killer ini?

Level Tekanan Darah

Jika kamu pernah ke rumah sakit dan diukur tekanan darahnya, biasanya perawat akan mengatakan angka sekian per angka sekian. Itu adalah tekanan sistolik per tekanan diastolik. 

Kalau dianalogikan dengan pecahan dalam matematika, tekanan sistolik adalah pembilang dan tekanan diastolik adalah penyebut.

Berikut pembagian level tekanan darah menurut Kementrian Kesehatan.

Tabel 1. Level Tekanan Darah dan Interpretasinya

Level Tekanan Sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99
Hipertensi tingkat 2 160 atau >160 100 atau >100

 

Gejala Hipertensi

Hipertensi adalah salah satu silent killer selain hiperkolesterolemia karena gejalanya tidak terlalu terlihat. Karena itu, penting untuk mengukur tekanan darah secara berkala.

Menurut WHO, ketika gejalanya muncul, berikut beberapa gejala hipertensi yang bisa terjadi:

  1. Sakit kepala pada pagi hari
  2. Mimisan
  3. Ritme jantung yang tidak beraturan
  4. Perubahan visi mata
  5. Suara yang berdengung di telinga

Hipertensi yang parah dapat menyebabkan :

  1. Kelelahan
  2. Mual
  3. Muntah
  4. Kebingungan
  5. Gangguan kecemasan (anxiety)
  6. Sakit di bagian dada
  7. Tremor (getaran) pada otot

Untuk mengetahui kamu dalam keadaan hipertensi atau tidak adalah dengan mengukur tekanan darah, tetapi sebaiknya pengukuran dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional.

Kamu bisa mengukur tekanan darahmu sendiri dengan alat yang sudah diautomasi, tetapi evaluasi dan interpretasi data yang akurat hanya bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional.

Faktor Risiko Hipertensi

Menurut WHO, terdapat dua faktor risiko hipertensi, yaitu yang dapat diubah dan tidak dapat diubah.

1. Faktor Risiko Hipertensi yang dapat Diubah

Maksud dari dapat diubah adalah faktor risiko hipertensi ini dapat dikontrol atau dieliminasi. Contohnya:

  1. Pola makan yang tidak sehat (terlalu banyak garam, konsumsi lemak jenuh dan lemak trans, serta jarang mengonsumsi buah dan sayur)
  2. Jarang beraktivitas fisik (gaya hidup sedentari)
  3. Konsumsi tembakau dan alkohol
  4. Kelebihan berat badan atau obesitas

2. Faktor Risiko Hipertensi yang Tidak dapat Diubah

Faktor risiko yang tidak dapat diubah maksudnya adalah faktor risiko hipertensi yang tidak dapat dikontrol. Misalnya:

  1. Riwayat keluarga 
  2. Umur di atas 65 tahun
  3. Penyakit penyerta (komorbid) seperti diabetes dan ginjal

Bahaya dan Komplikasi Hipertensi

Hipertensi sangat berbahaya karena bisa berdampak buruk untuk jantung.

Tekanan yang besar bisa mengeraskan pembuluh arteri dan mengurangi aliran darah dan oksigen ke jantung.

Aliran darah yang berkurang dan tekanan yang naik bisa menyebabkan komplikasi hipertensi seperti:

  1. Sakit di dada (angina)
  2. Serangan jantung, bisa terjadi saat suplai darah ke jantung terblokir dan sel otot jantung mati karena kekurangan oksigen
  3. Gagal jantung, terjadi saat jantung tidak bisa memompa darah dan oksigen yang cukup ke organ vital
  4. Detak jantung yang tidak beraturan bisa menyebabkan kematian secara mendadak
  5. Stroke, karena hipertensi bisa merusak arteri yang menyuplai darah ke otak
  6. Gagal ginjal

Diagnosa Hipertensi

Seseorang didiagnosis mengalami hipertensi jika dalam dua hari yang berbeda, tekanan darah sistoliknya ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya ≥ 90 mmHg.

Jika kamu memiliki tekanan darah yang tinggi, dokter akan merekomendasikan beberapa tes berikut untuk mengonfirmasi diagnosis dan mengecek kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi.

1. Pemantauan Rawat Jalan

Tes pemantauan tekanan darah 24 jam dilakukan untuk mengonfirmasi apakah kamu memiliki tekanan darah tinggi atau tidak.

Alat yang digunakan untuk tes ini mengukur tekanan darahmu secara berkala selama periode 24 jam dan memberikan gambaran fluktuasi (perubahan) tekanan darah pada siang dan malam hari.

Sayangnya, tidak semua pusat medis memiliki alat ini.

2. Tes di Laboratorium

Dokter mungkin akan merekomendasikan tes urin, dan darah, termasuk kolesterol.

3. Elektrokardiogram (ECG atau EKG)

Tes ini berfungsi untuk mengukur aktivitas kelistrikan jantungmu.

4. Ekokardiogram

Bergantung hasil tesmu, dokter mungkin akan merekomendasikan ekokardiogram untuk memeriksa tanda penyakit jantung lebih banyak.

Metode ini menggunakan gelombang suara untuk memproduksi gambar jantung.

Penanganan Hipertensi

Beberapa medikasi bisa digunakan untuk menangani hipertensi:

1. Diuretik

Diuretik atau biasa disebut pil air adalah obat yang membantu ginjal untuk mengeliminasi garam (sodium) dan air dari badanmu. Biasanya, obat ini adalah yang pertama kali diberikan untuk pengidap hipertensi.

2. Inhibitor Enzim Pengubah Angiotensin (ACE)

Obat ini merelaksasi pembuluh darah dengan cara memblokir pembentukan zat kimia alami yang mempersempit pembuluh darah.

3. Penghambat Reseptor Angiotensin II (ARBs)

Cara kerja obat ini mirip dengan ACE, hanya saja, ARBs tidak memblokir pembentukan, tetapi memblokir aksi zat kimia tersebut.

4. Calcium-Channel Blockers (CCBs) atau Antagonis Kalsium

Berbeda dengan obat yang sudah disebutkan sebelumnya. CCBs bekerja dengan cara merelaksasi otot pembuluh darah.

Saat meminum obat ini, tidak disarankan untuk mengonsumsi grapefruit karena buah tersebut bisa meningkatkan kadar penghambat saluran kalsium tertentu dalam darah.

Cara Mencegah Hipertensi

Dikutip dari WHO, dengan mencegah terjadinya hipertensi, kamu sudah mengurangi risiko untuk mendapatkan serangan jantung, stroke, dan kerusakan ginjal, serta masalah kesehatan lainnya.

Berikut ini adalah cara mencegah hipertensi:

  1. Mengurangi asupan garam (kurang dari 5 gram atau 1 sendok teh per hari)
  2. Memakan lebih banyak sayur dan buah (minimal 5 porsi per hari)
  3. Berolahraga secara rutin (minimal 150 menit/minggu)
  4. Hindari rokok
  5. Mengurangi konsumsi alkohol
  6. Membatasi konsumsi makanan dengan kandungan lemak jenuh yang tinggi
  7. Mengeliminasi/mengurangi lemak trans dalam pola makanmu
  8. Mengelola stres
  9. Melakukan pengecekan tekanan darah secara berkala

Perubahan Gaya Hidup adalah Solusi Hipertensi

Meski ada faktor risiko hipertensi yang tidak bisa diubah, masih ada faktor risiko yang bisa diubah. Hal itu harus kamu maksimalkan dengan baik.

Perubahan gaya hidup seperti mengurangi asupan garam, memakan lebih banyak sayur dan buah, stop mengonsumsi alkohol dan merokok, membatasi konsumsi lemak, dan mengelola stres adalah solusi yang bisa kamu lakukan dan kontrol untuk mencegah hipertensi.

Selain itu, sangat penting untuk memantau berapa tekanan darahmu secara berkala agar bisa dilakukan penanganan hipertensi sebelum terlambat.

Ahli gizi bisa membantumu untuk melakukan perubahan gaya hidup dan memberikan pola makan yang tepat untukmu dalam mencegah dan menangani hipertensi.

Mari lawan silent killer (hipertensi) ini bersama-sama dengan menerapkan gaya hidup sehat. Yuk klik link ini untuk melawan hipertensi!

Share