Pada saat hamil, janin bisa bergerak dan beraktivitas di dalam kandungan. Akibat pergerakannya yang aktif, posisi janin dalam kandungan pun juga bisa berubah termasuk salah satunya posisi janin melintang.
Bagaimana mengenali posisi janin melintang ini dan apa yang menjadi faktor risiko posisi janin melintang?
Pada posisi melintang, janin membentuk posisi dengan kepala dan kaki terdapat pada sisi kanan dan kiri perut ibu.
Penyebab posisi janin melintang masih belum diketahui dengan pasti hingga saat ini. Namun, para pakar kesehatan menduga bahwa posisi bayi sungsang atau melintang dipengaruhi oleh bentuk rahim ibu atau pergerakan bayi itu sendiri.
Pergerakan janin dapat mulai ibu rasakan sejak bulan keempat usia kehamilan. Seiring bertambahnya usia kehamilan, gerakan janin akan terjadi lebih sering dan semakin kuat.
Bila posisi bayi ini terjadi jauh sebelum hari persalinan, tidak akan menjadi masalah karena masih ada kemungkinan bayi dapat bergerak menuju posisi normal. Normalnya, bayi menghadap ke arah tulang punggung agar ibu dapat melahirkan lebih lancar. Namun, ada kalanya bayi menghadap ke perut ibu. Posisi ini disebut juga sebagai posisi posterior.
Namun, bila janin masih dalam posisi melintang menjelang persalinan, kemungkinan besar diperlukan operasi caesar untuk persalinan.
Berikut faktor risiko pposisi bayi melintang:
Rendahnya cairan ketuban akan menyebabkan sedikit ruang bagi bayi untuk bergerak sehingga bayi bisa berputar ke posisi melintang.
Jika terdapat masalah struktur panggul yang menghalangi kepala bayi, bisa memicu posisi janin melintang.
Adanya masalah pada struktur rahim atau fibroid dan kista yang menghalangi kepala bayi.
Hal tersebut bisa menjadi penyebab posisi janin melintang atau sungsang.
Memiliki terlalu banyak cairan ketuban dapat membuat ruang pada bayi untuk terus bergerak saat seharusnya mulai menyentuh panggul.
Kehamilan kembar dapat meningkatkan risiko posisi bayi melintang atau pun sungsang saat di dalam kandungan.
Plasenta previa adalah gangguan yang bisa terjadi saat kehamilan. Plasenta previa adalah kondisi ketika ari-ari atau plasenta berada di bagian bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir.
Kondisi ini dapat meningkatkan risiko posisi bayi melintang di dalam kandungan.
Posisi melintang diawal kehamilan bukanlah sebuah masalah. Biasanya, posisi bayi akan menjadi perhatian mulai trimester terakhir kehamilan.
Bila masih memungkinkan, dokter kandungan dapat mengupayakan solusi terbaik mengenai metode persalinan untuk ibu.
Berikut solusi yang akan dilakukan saat posisi janin melintang:
Dokter atau bidan biasanya dapat mengetahui posisi bayi melintang dengan meletakkan tangannya di perut ibu.
Serangkaian gerakan tersebut dikenal sebagai Leopold’s Maneuver.
Selain itu, dapat juga dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk memastikan posisi bayi dalam kandungan.
Pada tahap ini, dokter akan memberikan informasi apakah posisi janin melintang atau tidak
Ada latihan tertentu untuk memperbaiki posisi bayi melintang. Poin penting yang perlu diingat adalah ini merupakan rekomendasi oleh dokter masing-masing. Jangan lakukan tanpa rekomendasi dokter.
Knee chest dilakukan dengan posisi kepala di bawah dan bokong di atas, seperti sedang bersujud. Posisi ini dapat dilakukan selama 15 menit, sebanyak tiga kali dalam sehari.
Posisi forward-leaning inversion serupa dengan knee chest. Posisi ini dilakukan di atas sofa atau kasur dengan tangan berada di lantai.
Setelah itu, secara perlahan ubah posisi tangan menjadi menyiku sehingga kepala mendekati lantai.
Posisi forward-leaning inversion diharapkan dapat membuat “ruangan” di rahim bagian bawah agar kepala bayi bisa bergerak turun. Ibu dapat melakukan posisi ini selama 30 hingga 45 detik sebanyak tujuh kali dalam sehari.
Teknik ini dilakukan oleh dokter spesialis kandungan yang ahli.
Posedur ini dilakukan untuk mengangkat bokong bayi supaya berada di posisi atas dan orang lagi memberi tekanan lewat dinding perut rahim untuk memutar kepala janin ke depan.
Biasanya prosedur ini dilakukan saat memasuki 36 minggu hingga 38 minggu, lalu detak jantung bayi akan dipantau untuk memastikannya.
Teknik ECV memiliki tingkat keberhasilan 50 persen. Keberhasilan teknik ini bisa meningkat jika ibu sudah pernah melahirkan, terdapat banyak air ketuban, bokong bayi belum masuk ke panggul, dan otot rahim berada dalam keadaan relaks.
Ibu sebaiknya mengetahui berbagai jenis posisi bayi yang bisa dialami dalam kandungan. Mulai dari posisi kepala di bawah, posisi posterior, posisi melintang, hingga posisi sungsang.
Pastikan ibu selalu melakukan pemeriksaan secara rutin untuk memastikan posisi janin dalam kandungan melalui USG.
Menjelang persalinan, posisi janin ini menjadi sangat penting, karena menentukan metode persalinan yang akan ibu jalani.
Memastikan kesehatan selama kehamilan sangat penting bagi ibu hamil agar janin di dalam kandungannya selalu sehat dan terhindar dari masalah/penyakit.
Ahli gizi kami dapat membantumu untuk menjaga kesehatan selama kehamilan agar janin tumbuh dengan optimal sesuai dengan usia kandungannya hingga akhirnya lahir ke dunia ini.
Ingin kesehatan selama kehamilan terjaga, sehingga calon buah hatimu tumbuh dengan sehat? Ayo klik tautan ini untuk informasi lebih lanjut!
Sirka, platform kesehatan digital terkemuka di Indonesia, berhasil meraih penghargaan prestisius dari Asia-Pacific Action Alliance…
Norepinephrine - Obat yang bisa Menurunkan Berat Badan? Norepinephrine merupakan hormon dalam tubuh yang fungsinya…
Dapoxetine - Obat Ejakulasi Dini yang bisa Menurunkan Berat Badan? Dapoxetine merupakan obat yang digunakan…
Benzodiazepine - Obat Kejiwaan yang bisa Menurunkan Berat Badan? Benzodiazepine merupakan golongan obat yang tidak…
Klonazepam - Obat Kejang yang bisa Menurunkan Berat Badan? Klonazepam merupakan obat yang digunakan untuk…
Zonisamide - Obat Antiepilepsi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Banyak obat yang beredar dan menawarkan…