Pernahkah kamu telat haid saat sedang dikejar deadline atau mungkin masalah dengan keluarga dan pasangan? Tandanya, kamu mungkin mengalami telat haid karena stres.
Banyaknya tekanan baik mental maupun fisik, dapat menimbulkan perubahan hormon di tubuh kita, termasuk hormon reproduksi yang mengatur proses menstruasi. Jika terjadi ketidakseimbangan hormon di tubuh, kamu dapat mengalami keterlambatan haid.
Apa saja ciri-ciri telat haid karena stres? Bagaimana cara mengatasinya? Simak penjelasannya berikut!
Stres, baik yang disebabkan karena masalah keluarga atau pasangan, pekerjaan, maupun lingkungan sekitar, dapat memengaruhi perubahan hormon di tubuh kita.
Hormon stres, yaitu kortisol dilepaskan oleh kelenjar adrenal sebagai respon alami tubuh jika terjadi situasi yang penuh tekanan (stressful). Puncaknya, produksi hormon kortisol yang tinggi akan memengaruhi hipotalamus, bagian otak yang memiliki peran vital dalam mengatur siklus menstruasi.
Ketika tubuh mengalami stres dalam waktu yang lama, hipotalamus akan membacanya sebagai ancaman. Sebagai mekanisme pertahanan diri, tubuh akan menekan produksi hormon gonadotropin-releasing hormone (GnRH). Akibatnya, pelepasan hormon LH dan FSH pun ikut terhambat, proses ovulasi terganggu, dan terjadilah telat haid.
Stres dapat memengaruhi keseimbangan hormon yang berperan untuk mengatur siklus menstruasi. Ketidakseimbangan ini juga dapat menyebabkan perubahan waktu serta kualitas ovulasi. Telat haid karena stres, dapat bermanifestasi pada beberapa tanda dan gejala, diantaranya sebagai berikut:
Tanda yang paling jelas dari pengaruh stres terhadap siklus bulanan kita yaitu telat haid. Jika biasanya haidmu teratur setiap bulan, lalu kamu kamu terlambat beberapa hari atau lebih, maka stres mungkin menjadi penyebabnya.
Stres dapat menyebabkan siklus menstruasi menjadi lebih panjang atau lebih pendek. Jika biasanya kamu mengalami menstruasi setiap 28 hari sekali, mungkin menstruasi dapat datang lebih cepat atau lebih lambat dari biasanya.
Stres dapat memengaruhi hormon yang berperan untuk menebalkan dinding rahim.
Jika hormon reproduksi yang diproduksi tidak seimbang, maka penebalan dinding rahim dapat menjadi berlebihan atau kurang dari normal. Lapisan dinding rahim yang luruh inilah yang memengaruhi banyaknya volume darah haid.
Pada beberapa kasus stres berat yang berkepanjangan, kamu mungkin tidak mengalami menstruasi. Hal ini dapat terjadi jika stres telah mengganggu persinyalan hormon yang penting untuk proses ovulasi.
Perubahan hormon akibat stres juga dapat menyebabkan spotting atau keluarnya flek-flek darah di antara siklus menstruasi.
Ketidakseimbangan hormon yang dihasilkan karena stres, dapat menyebabkan payudara menjadi lebih sensitif dan nyeri saat ditekan. Gejala ini sama seperti yang biasanya kita rasakan menjelang menstruasi.
Stres secara intens meningkatkan gejala premenstrual syndrome (PMS). Kamu mungkin merasa cepat lelah, pusing, sensitif dan mood swing yang lebih dari biasanya saat stres.
Perubahan hormon saat stres juga dapat memengaruhi konsistensi lendir serviks. Tak hanya teksturnya saja, namun jumlah lendir serviks yang keluar juga mungkin berubah karena stres yang kamu alami.
Tak dapat dipungkiri bahwa stres yang kita alami, pasti sangat memengaruhi kestabilan emosi. Kamu mungkin akan merasa cemas berlebihan, overwhelmed, dan lebih mudah tersulut, jika dibandingkan biasanya.
Penting dicatat bahwa meskipun stres dapat berkontribusi menyebabkan tanda gejala tersebut, namun, penyebab lain mungkin dapat berpengaruh. Jika telat haid berlanjut, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter.
Jika kamu mengalami telat haid atau bahkan melewatkan haid karena stres, ada beberapa hal yang dapat kamu lakukan. Biasanya dokter akan meresepkan obat kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen dan progesteron untuk membantu mengoreksi ketidakseimbangan hormon yang terjadi dan membantu mengatur siklus menstruasi.
Selain medikasi, ada beberapa cara yang dapat kamu coba untuk menurunkan kadar kortisol di dalam tubuh, misalnya:
Stres yang kita alami bersifat personal. Penyebabnya sangat bervariasi antara satu orang dengan yang lainnya. Oleh karena itu, untuk mengembalikan keseimbangan hormon agar siklus haid kembali normal, cari tahu pemicu stres tersebut, atasi masalahnya jika memungkinkan, atau coba alihkan diri dengan berbagai hal positif untuk menguranginya.
Sirka, platform kesehatan digital terkemuka di Indonesia, berhasil meraih penghargaan prestisius dari Asia-Pacific Action Alliance…
Norepinephrine - Obat yang bisa Menurunkan Berat Badan? Norepinephrine merupakan hormon dalam tubuh yang fungsinya…
Dapoxetine - Obat Ejakulasi Dini yang bisa Menurunkan Berat Badan? Dapoxetine merupakan obat yang digunakan…
Benzodiazepine - Obat Kejiwaan yang bisa Menurunkan Berat Badan? Benzodiazepine merupakan golongan obat yang tidak…
Klonazepam - Obat Kejang yang bisa Menurunkan Berat Badan? Klonazepam merupakan obat yang digunakan untuk…
Zonisamide - Obat Antiepilepsi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Banyak obat yang beredar dan menawarkan…