Kesehatan Perempuan

Keguguran – Cara Mencegah dan Solusinya

Keguguran

Masa kehamilan merupakan masa yang dinanti oleh hampir setiap wanita di dunia. Tiga bulan pertama kehamilan, merupakan masa yang paling rentan, termasuk kemungkinan terjadinya keguguran. Apa sebenarnya penyebab keguguran dapat terjadi? Kapan waktu yang aman untuk hamil lagi? Simak penjelasannya berikut!

Apa Itu Keguguran?

World Health Organization (WHO) dan Center of Disease Control and Prevention (CDC) mendefinisikan keguguran (miscarriage) sebagai kehilangan kehamilan sebelum usia 20 minggu atau pengeluaran embrio (janin) yang beratnya 500 gram atau kurang. 

Gejala Keguguran

Mayoritas keguguran terjadi sebelum usia kehamilan 12 minggu. Beberapa tanda dan gejala yang mungkin muncul diantaranya yaitu:

  • Keluarnya flek atau perdarahan dari vagina.
  • Nyeri hebat pada perut bawah.
  • Keluar cairan atau jaringan dari vagina.

Penyebab Keguguran

Penyebab terbanyak dari keguguran spontan pada trimester pertama kehamilan adalah adanya ketidaknormalan kromosom. Kelainan kromosom ini yang biasanya menyebabkan terjadinya blighted ovum (hamil kosong), mola hidatidosa (hamil anggur), dan kematian janin di dalam kandungan karena janin gagal berkembang 

Risiko terjadinya keguguran menurun seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, dan biasanya sangat jarang terjadi setelah usia kehamilan 15 minggu pada janin normal.  

Faktor Risiko Keguguran

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko terjadinya keguguran yaitu:

a. Usia saat hamil

Pada wanita usia 20-30 tahun, risiko terjadinya keguguran <20 minggu sebesar 8,9%. Persentase ini meningkat hingga 74,7% pada wanita yang berusia >40 tahun. 

Hamil di usia dini (kurang dari 20 tahun) juga termasuk faktor risiko keguguran.

b. Riwayat Obstetri Buruk

Studi menunjukkan bahwa risiko terjadinya keguguran diperkirakan sebesar 20% setelah 1 kali keguguran sebelumnya, 28% setelah 2 kali keguguran, dan 43% setelah 3 kali keguguran berulang. 

c. Penyakit

Beberapa penyakit yang diderita ibu seperti trombofilia, sindrom antifosfolipid antibodi, berat badan ekstrim selama hamil, dan hipertensi, dapat meningkatkan risiko terjadinya keguguran. 

d.  Faktor Lain

Beberapa faktor lainnya seperti merokok, konsumsi kafein dalam jumlah besar, trauma (jatuh, benturan, kecelakaan, dll), dan malnutrisi. 

Penanganan Keguguran

Pilihan tindakan untuk penanganan keguguran yang dapat dilakukan diantaranya yaitu manajemen ekspektasi, medikasi, atau pembedahan. Pilihan tindakan tersebut disesuaikan dengan kondisi pasien.

a. Manajemen Ekspektasi

Manajemen ekspektasi biasanya dilakukan pada pasien yang mengalami keguguran pada trimester pertama. Tenaga kesehatan akan menunggu terjadi pengeluaran sisa jaringan secara spontan. 

b. Manajemen Medis

Penatalaksanaan medis, dapat dilakukan apabila tidak ada kontraindikasi seperti anemia, gangguan perdarahan atau infeksi.

Obat misoprostol, analog hormon prostaglandin, diberikan dalam 1 atau 2 dosis untuk membantu pengeluaran jaringan dari rahim.

Misoprostol dapat dikonsumsi dalam bentuk oral, sublingual, atau sebagai supositoria vagina. Mayoritas wanita akan mengalami ekspulsi total (pengeluaran jaringan) dalam waktu 3 hari.

c. Manajemen Pembedahan

Evakuasi keguguran melalui pembedahan utamanya dilakukan apabila pasien datang dengan kondisi yang tidak stabil, misalnya perdarahan atau adanya tanda-tanda infeksi. Tindakan ini juga dipilih pada wanita yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, infeksi, anemia berat atau gangguan perdarahan. Tindakan yang dilakukan yaitu dengan kuretase

Pencegahan Keguguran

Keguguran merupakan kondisi spontan yang tidak dapat diprediksi. Namun, cara yang paling sederhana untuk memperkecil kemungkinan tersebut adalah dengan memperhatikan kondisi ibu dan bayi dengan baik, dengan cara:

Apabila kamu memiliki riwayat penyakit tertentu, periksa dan konsultasikan secara rutin dengan tenaga kesehatan terkait. 

Apa yang Harus Diperhatikan Setelah Keguguran?

a. Aktivitas dan Olahraga

Mulai aktivitas normal secara bertahap. Hindari olahraga berat hingga 2-3 hari. Energi mungkin akan terasa lebih lemah pada minggu pertama setelah keguguran, istirahat yang cukup agar energi dapat pulih kembali. 

b. Hubungan Seksual

Hindari melakukan hubungan seksual dan memasukkan apa pun ke dalam vagina, termasuk tampon menstruasi.

Pilih pembalut biasa apabila darah atau flek masih keluar. Hubungan seksual dapat dilakukan jika darah sudah benar-benar berhenti atau kurang lebih 2 minggu masa pemulihan.

c. Konsumsi Makanan Sehat dan Bergizi

Konsumsi makanan sehat dan bergizi berguna untuk membantu mempercepat pemulihan. Utamanya konsumsi makanan yang kaya akan zat besi untuk membantu menambah darah. Selain itu, konsumsi makanan yang dapat meningkatkan hormon kebahagiaan dan mengurangi stres juga mungkin dapat membantu memulihkan energi. 

Kapan Boleh Hamil Lagi setelah Keguguran?

Secara medis, tubuh wanita dapat berovulasi kembali 2 minggu setelah keguguran.

Amannya, kamu dan pasangan dapat merencanakan kehamilan kembali setelah 2-3 siklus menstruasi. Namun, untuk mencegah keguguran berulang, pastikan untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Terutama pada ibu yang memiliki riwayat penyakit tertentu. 

Periksa Secara Rutin, Hindari Faktor Risikonya!

Keguguran bisa menjadi pengalaman yang menguras fisik dan emosi. Dukungan pasangan, keluarga, dan tenaga kesehatan sangat diperlukan untuk menghadapi keguguran. Kamu dan pasangan dapat merencanakan kehamilan segera setelah kondisimu pulih. Namun, konsultasikan dengan tenaga kesehatan terkait kehamilan selanjutnya yang aman dan sehat. 

Periksa hamil secara rutin dan hindari faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya keguguran.

Rekomendasi Sirka

Memastikan kesehatan selama kehamilan sangat penting bagi ibu hamil agar janin di dalam kandungannya selalu sehat dan terhindar dari masalah/penyakit.

Ahli gizi kami dapat membantumu untuk menjaga kesehatan selama kehamilan agar janin tumbuh dengan optimal sesuai dengan usia kandungannya hingga akhirnya lahir ke dunia ini.

Ingin kesehatan selama kehamilan terjaga, sehingga calon buah hatimu tumbuh dengan sehat? Ayo klik tautan ini untuk informasi lebih lanjut!

Renata Alya Ulhaq, S.Keb., Bd# and Ainy Suchianti, S.Gz#

Share
Published by
Renata Alya Ulhaq, S.Keb., Bd# and Ainy Suchianti, S.Gz#

Recent Posts

Sirka Raih Penghargaan di Kategori Digital Health pada Asia-Pacific Action Alliance on Human Resources for Health (AAAH) 2024

Sirka, platform kesehatan digital terkemuka di Indonesia, berhasil meraih penghargaan prestisius dari Asia-Pacific Action Alliance…

2 weeks ago

Norepinephrine – Obat yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Norepinephrine - Obat yang bisa Menurunkan Berat Badan? Norepinephrine merupakan hormon dalam tubuh yang fungsinya…

2 months ago

Dapoxetine – Obat Ejakulasi Dini yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Dapoxetine - Obat Ejakulasi Dini yang bisa Menurunkan Berat Badan? Dapoxetine merupakan obat yang digunakan…

2 months ago

Benzodiazepine – Obat Kejiwaan yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Benzodiazepine - Obat Kejiwaan yang bisa Menurunkan Berat Badan? Benzodiazepine merupakan golongan obat yang tidak…

2 months ago

Klonazepam – Obat Kejang yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Klonazepam - Obat Kejang yang bisa Menurunkan Berat Badan? Klonazepam merupakan obat yang digunakan untuk…

2 months ago

Zonisamide – Obat Antiepilepsi yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Zonisamide - Obat Antiepilepsi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Banyak obat yang beredar dan menawarkan…

2 months ago