Kesehatan Perempuan

Jarak Kehamilan Terlalu Dekat – Apa Risikonya?

Jarak Kehamilan Terlalu Dekat

Apakah kamu dan pasangan sedang mempertimbangkan untuk menambah momongan? Selain kesiapan mental dan finansial, jarak kehamilan merupakan hal penting yang harus kamu dan pasangan pertimbangkan sebelum memutuskan menambah momongan. Mengapa demikian? Bagaimana jika jarak kehamilan terlalu dekat? Simak penjelasannya berikut!

Pentingnya Perencanaan Kehamilan

Kehadiran buah hati pasti mendatangkan kebahagian tersendiri bagi sebuah keluarga. Namun, keputusan untuk memiliki anak kedua, ketiga dan seterusnya, merupakan hal yang berbeda.

Apabila tak direncanakan dengan baik, maka kehadiran buah hati ini bisa menjadi masalah baru yang akan berdampak besar bagi kehidupan kita. Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan kehamilan untuk mengatur jumlah dan jarak anak sesuai dengan kemampuan kita dan pasangan. 

Apa Saja Risiko Jarak Kehamilan Terlalu Dekat?

Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa kehamilan yang dimulai dalam waktu enam bulan setelah kelahiran hidup, dikaitkan dengan peningkatan risiko komplikasi berikut:

  • Kelahiran prematur
  • Solusio plasenta (pelepasan plasenta dari tempat perlekatan normalnya di rahim sebelum kelahiran)
  • Berat badan lahir bayi rendah
  • Cacat lahir
  • Skizofrenia (gangguan mental berat)
  • Anemia pada ibu

Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa jarak kehamilan <2 tahun atau >6 tahun, dapat meningkatkan risiko Autism Spectrum Disorder (ASD). 

Apa Penyebabnya?

Jarak kehamilan yang terlalu dekat, tidak memberikan ibu cukup waktu untuk masa pemulihan dari kehamilan dan persalinan sebelumnya. Misalnya, hamil dan menyusui dapat menghabiskan cadangan zat gizi ibu, terutama asam folat.

Apabila cadangan zat gizi tersebut di dalam tubuh belum terisi kembali tetapi ibu sudah hamil lagi, maka hal ini dapat memengaruhi kesehatan ibu dan bayi. Apalagi asam folat merupakan zat gizi utama yang sangat dibutuhkan dalam proses organogenesis (pembentukan organ). 

Selain itu, kondisi alat reproduksi yang belum pulih sepenuhnya setelah proses kehamilan dan persalinan, juga dapat memengaruhi kesehatan ibu dan bayi. Oleh karena itu, mengatur jarak kehamilan sangatlah penting untuk dilakukan. 

Berapa Lama Jarak Kehamilan yang Ideal?

Kalau jarak kehamilan terlalu dekat dan jauh memiliki risiko. Berapa lama jarak kehamilan yang ideal?

Untuk mengurangi risiko komplikasi kehamilan dan masalah kesehatan lainnya, para ahli merekomendasikan untuk menunggu 18-24 bulan dan kurang dari 5 tahun setelah kelahiran hidup anak sebelumnya. 

Namun, pada wanita yang berusia >35 tahun, dapat dipertimbangkan untuk menunggu selama 12 bulan sebelum hamil lagi, dengan pertimbangan risiko infertilitas dan morbiditas yang meningkat seiring dengan bertambahnya usia. 

Rencanakan Jarak Kehamilan Sejak Awal

Sejatinya, tidak ada waktu yang paling tepat untuk memiliki buah hati lagi. Bahkan, dengan perencanaan yang matang sekalipun, kita tidak dapat benar-benar mengontrol kapan pembuahan itu terjadi. Namun, mendiskusikan pilihan kontrasepsi yang tepat sampai kita dan pasangan siap untuk memiliki anak lagi, dapat membantu kita untuk merencanakannya. 

Konsultasikan dengan tenaga kesehatan kepercayaanmu untuk pilihan kontrasepsi yang sesuai. Kontrasepsi jangka pendek dan dengan reversibilitas kesuburan yang tinggi dapat membantumu untuk mengatur jarak kehamilan sesuai dengan keinginanmu dan pasangan.

Take Away Message!

Orang tua yang siap dan bahagia menyambut kehadiran buah hati mereka, merupakan bekal parenting yang paling utama untuk mewujudkan keluarga yang sejahtera. 

Jarak kehamilan terlalu dekat atau pun terlalu jauh sama-sama memiliki risiko untuk bayi dan anak. Jadi, mari dipertimbangkan baik-baik.

Kalau kamu sedang merencanakan untuk memiliki momongan lagi, ayo klik link ini!

Renata Alya Ulhaq, S.Keb., Bd# and Ainy Suchianti, S.Gz#

Share
Published by
Renata Alya Ulhaq, S.Keb., Bd# and Ainy Suchianti, S.Gz#

Recent Posts

Sirka Raih Penghargaan di Kategori Digital Health pada Asia-Pacific Action Alliance on Human Resources for Health (AAAH) 2024

Sirka, platform kesehatan digital terkemuka di Indonesia, berhasil meraih penghargaan prestisius dari Asia-Pacific Action Alliance…

2 weeks ago

Norepinephrine – Obat yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Norepinephrine - Obat yang bisa Menurunkan Berat Badan? Norepinephrine merupakan hormon dalam tubuh yang fungsinya…

2 months ago

Dapoxetine – Obat Ejakulasi Dini yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Dapoxetine - Obat Ejakulasi Dini yang bisa Menurunkan Berat Badan? Dapoxetine merupakan obat yang digunakan…

2 months ago

Benzodiazepine – Obat Kejiwaan yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Benzodiazepine - Obat Kejiwaan yang bisa Menurunkan Berat Badan? Benzodiazepine merupakan golongan obat yang tidak…

2 months ago

Klonazepam – Obat Kejang yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Klonazepam - Obat Kejang yang bisa Menurunkan Berat Badan? Klonazepam merupakan obat yang digunakan untuk…

2 months ago

Zonisamide – Obat Antiepilepsi yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Zonisamide - Obat Antiepilepsi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Banyak obat yang beredar dan menawarkan…

2 months ago