Kondisi Medis

Obat Tekanan Darah Tinggi-Apa Saja?

Obat Tekanan Darah Tinggi

Orang yang memiliki tekanan darah tinggi atau hipertensi umumnya akan mengonsumsi obat tekanan darah tinggi secara rutin. Jenis obat tekanan darah tinggi pun bervariasi dan memiliki mekanisme atau cara kerja yang berbeda-beda.

Konsumsi obat tekanan darah tinggi tidak boleh sembarangan dan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu. Lalu mengapa harus konsumsi obat dan apa saja jenis obat tekanan darah tinggi?

Mengapa Harus Konsumsi Obat tekanan Darah Tinggi

Pada orang dengan darah tinggi, konsumsi obat harus dilakukan secara rutin. Selain itu, evaluasi dan kontrol berkala harus dilakukan. 

Pemberian obat tekanan darah tinggi dilakukan untuk membantu mengontrol tekanan darah. Tekanan darah yang tinggi dalam waktu yang panjang dan terjadi terus-menerus akan menimbulkan berbagai risiko komplikasi pada organ lain seperti jantung, mata dan ginjal.

Pemberian obat ditujukan untuk membatasi progresivitas penyakit dan masalah kesehatan lain yang bisa muncul.

Jenis-Jenis Obat Tekanan Darah Tinggi

Pemberian obat tekanan darah tinggi dilakukan sepenuhnya oleh dokter berdasarkan pemeriksaan yang komprehensif. Adapun jenis-jenis obat darah tinggi yang umumnya digunakan adalah:

1. Loop Diuretic

Obat tekanan darah tinggi golongan ini bekerja dengan cara membuang senyawa natrium, klorida, dan kalium melalui urin, sehingga dapat membantu menurunkan tekanan darah. 

Contoh obat ini adalah furosemid. Adapun efek sampingnya yaitu bisa membuat nyeri kepala, perut tidak nyaman.

2. Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor

Obat angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor bekerja dengan menurunkan produksi angiotensin, yang merupakan penyebab pembuluh darah konstriksi dan membuat tekanan darah menjadi tinggi. Contoh obat ACE inhibitor: captopril, enalapril, lisinopril, dan ramipril.

Efek samping penggunaan obat tekanan darah tinggi ini berupa penurunan sensitivitas indra perasa, kehilangan nafsu makan, batuk kering kronis, pusing, sakit kepala, lelah, gangguan tidur atau insomnia, dan detak jantung cepat.

3. Angiotensin II receptor blocker (ARB)

Angiotensin II receptor blocker (ARB) bekerja dengan cara menghalangi rreseptor angiotensin dalam tubuh. Obat ARB menghalangi kerja angiotensin dalam tubuh bukan menghalangi produksi angiotensin, sehingga tekanan darah menurun. 

Contoh obat golongan ARB berupa azilsartan, candesartan, irbesartan, dan valsartan. Efek samping penggunaan obat tekanan darah tinggi ini yaitu pusing sesekali, masalah sinus, maag, diare, dan sakit punggung.

4. Calcium channel blocker (CCB)

Obat tekanan darah tinggi golongan calcium channel blocker (CCB) mencegah kalsium memasuki sel-sel jantung dan arteri. Kalsium dapat menyebabkan jantung dan pembuluh darah berkontraksi lebih kuat dan ini dihambat oleh CCB. Contoh obat CCB: amlodipine, nicardipine, nifedipine, dan nimodipine

Efek samping berupa mengantuk, sakit kepala, sakit perut, bengkak di tangan atau kaki, sembelit, kesulitan bernapas, pusing, dan palpitasi atau detak jantung berdetak lebih cepat dari biasanya.

5. Alpha blocker

Obat tekanan darah tinggi kategori alpha blocker digunakan untuk mengatasi darah tinggi dengan memengaruhi kerja hormon norepinephrine. Hormon ini mempengaruhi otot-otot pembuluh darah. 

Otot-otot pembuluh darah dapat melebar dan berkontraksi melalui obat ini, sehingga tekanan darah pun menurun. Contohnya adalah: doxazosin, terazosin hydrochloride, dan prazosinhydrochloride.

Efek samping berupa, detak jantung yang cepat, pusing, dan penurunan tekanan darah saat berdiri.

6. Beta blocker

Obat tekanan darah tinggi golongan beta blocker ini bekerja dengan cara menghambat efek dari hormon epinefrin (hormon adrenalin). Sehingga membuat detak jantung lebih lambat dan kekuatan pompa jantung menjadi menurun. 

Hal ini diikuti oleh penurunan volume darah yang mengalir di pembuluh darah sehingga menurunkan tekanan darah. Contoh obat beta blocker: atenolol, propranolol dan metoprolol.

Efek samping dari obat hipertensi beta blocker yaitu bisa membuat insomnia, tangan dan kaki dingin, kelelahan, depresi, detak jantung lambat, sesak napas, nyeri dada, batuk, impotensi, sakit perut, sakit kepala, pusing, serta sembelit atau diare.

7. Alpha-beta blocker

Alpha-beta blocker memiliki cara kerja yang sama dengan obat beta blocker. Obat ini biasanya diresepkan untuk pasien hipertensi yang berisiko tinggi terkena gagal jantung. Efek dari pengobatan ini adalah menurunnya laju detak jantung dan tekanan darah. Contoh obat alpha-beta blocker yaitu carvedilol dan labetalol.

8. Aldosterone receptor antagonist

Obat aldosterone receptor antagonist biasanya digunakan pada pengobatan gagal jantung, tetapi bisa digunakan untuk membantu menurunkan tekanan darah tinggi. 

Obat tekanan darah tinggi ini membantu membuang cairan berlebih tanpa mengurangi kadar kalium di dalam tubuh, sehingga tekanan darah menurun. Contoh obat aldosterone receptor antagonist yang paling umum digunakan adalah spironolactone.

Efek samping yang umum terjadi seperti, mual dan muntah, kram perut, atau diare.

9. Obat-Obat Lain yang Digunakan Pada Hipertensi

Obat tekanan darah tinggi lain yang digunakan adalah vasodilator yang bekerja dengan cara melebarkan otot-otot pembuluh darah, sehingga darah akan mengalir dengan lebih mudah dan tekanan darah jadi turun. Contohnya adalah hydralazine dan minoxidil.

Selain itu, terdapat central-acting agents atau central agonist yang mencegah otak mengirim sinyal ke sistem saraf untuk mempercepat detak jantung dan mengkontraksikan pembuluh darah, sehingga tekanan darah menjadi turun. Contoh obat ini adalah clonidine dan metildopa.

Prinsip Dasar Pemberian Obat Tekanan Darah Tinggi

Secara umum, pemberian obat tekanan darah tinggi mulai diberikan pada pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah >6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥2. 

Untuk itu, perlu diketahui bahwa berdasarkan American Society of Hypertension and the International Society of Hypertension tahun 2013 yaitu:

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 160-179 100-109
Hipertensi derajat 3 ≥ 180 ≥ 110

Beberapa prinsip dasar terapi obat/farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisasi efek samping, yaitu :

  1. Diawali dengan pemberian obat tunggal jika memungkinkan
  2. Diutamakan pemberian obat generik untuk meminimalisir pengeluaran yang besar
  3. Pada  orang dengan usia lanjut (diatas usia 80 tahun) seperti pada usia 55 – 80 tahun, harus memperhatikan faktor komorbid atau penyakit penyerta
  4. Dokter akan menghindari kombinasi pemberian angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs)
  5. Edukasi yang menyeluruh kepada orang dengan tekanan darah tinggi
  6. Efek samping dipantau secara teratur sejalan dengan kontrol rutin yang dilakukan orang dengan hipertensi

Bolehkah Tidak Patuh Terhadap Konsumsi Obat Tekanan Darah Tinggi?

Pengobatan hipertensi bersifat personalized dan sangat ditentukan oleh kekonsistenan dari tiap individu. Obat tekanan darah tinggi ini harus dikonsumsi secara rutin, sesuai dengan dosis yang diberikan kepada pasien. Kamu harus mengikuti petunjuk yang diberikan kepada sesuai arahan dokter.

Jika tidak patuh atau tidak rutin konsumsi obat bisa terjadi komplikasi dari tekanan darah tinggi seperti kerusakan pada organ-organ tubuh. Komplikasi ini bisa berupa gagal jantung, penyakit jantung koroner, stroke, gagal ginjal dan penyakit lainnya. 

Kapan Obat Ditambah Atau Dikurangi Dosisnya?

Hipertensi merupakan penyakit kronik. Kita bisa mengendalikan dan mengontrolnya untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. 

Lalu, apakah ada kemungkinan obat darah tinggi ditambah atau dikurangi dosisnya? Tentu saja hal ini mungkin terjadi. Pasien hipertensi disarankan untuk kontrol rutin setiap 2-4 minggu sekali. Pada saat kontrol ini, kamu akan diperiksa tekanan darah dalam keadaan istirahat. 

Bisa saja dosis akan dikurangi, atau ditambah jika dinilai tekanan darah tidak mengalami perubahan dengan pemberian obat tersebut. Tidak jarang juga, bisa dilakukan pemberian obat kombinasi pada beberapa orang

Setiap 3-6 bulan sekali, orang dengan darah tinggi umumnya diperiksakan fungsi ginjal. Ini merupakan pemeriksaan untuk melihat apakah terdapat penurunan fungsi ginjal akibat hipertensi. Evaluasi dokter terkait perubahan pengobatan juga akan dilakukan berdasarkan hasil ini.

Apakah Ada Kontraindikasi Masing-Masing Obat Tekanan Darah Tinggi?

Obat tekanan darah tinggi hanya boleh diberikan oleh dokter sesuai resep dokter. Hal ini dikarenakan setiap jika tidak digunakan sesuai target dan dengan cara yang tepat, bisa terjadi berbagai masalah kesehatan baru.

Pada beberapa obat tekanan darah tinggi, terdapat kontraindikasi yang artinya, dokter tidak akan memberikan obat tersebut.

Kontraindikasi obat tekanan darah tinggi contohnya adalah pada penggunaan beta blocker sebaiknya tidak diberikan pada pasien asma. Dalam aplikasinya, kamu akan diberikan dokter obat-obat yang paling cocok sesuai kondisi klinismu.

Apakah Boleh Hanya Minum Obat Tanpa Olahraga dan Menjaga Pola Makan?

Faktanya, perubahan gaya hidup dapat membantu menurunkan tekanan darah. Perubahan gaya hidup yang dimaksud adalah olahraga dan pola makan yang tepat. 

Penurunan berat badan dan menjaga berat badan di angka normal disarankan pada orang dengan darah tinggi. Penelitian menunjukkan setiap penurunan 2 kg berat badan bisa menurunkan tekanan darah hingga 1 mmHg. Jadi, tunggu apalagi? Mulai hidup sehatmu sekarang!

Tidak perlu hasil yang instan, setiap proses dan progresnya akan memberi pengaruh yang baik untuk pembuluh darah dan organ tubuhmu.

Jadi dengan pengelolaan yang tepat mulai dari obat, pola makan dan aktivitas fisik yang cukup, kamu bisa membatasi kemungkinan komplikasi yang terjadi akibat tekanan darah tinggi.

Kelola Tekanan Darah Tinggi dengan Tepat!

Mulai lakukan kontrol rutin ke dokter untuk evaluasi tekanan darah, serta terapkan pola hidup yang sehat dari sekarang bersama sirka. Jangan lupa pastikan berat badanmu ideal untuk tekanan darah yang sehat dan terjaga!

Kalau kamu ingin menurunkan tekanan darah, ayo klik link ini!

Dokter Indah Agung Aprilia# and Ainy Suchianti, S.Gz#

View Comments

Recent Posts

Sirka Raih Penghargaan di Kategori Digital Health pada Asia-Pacific Action Alliance on Human Resources for Health (AAAH) 2024

Sirka, platform kesehatan digital terkemuka di Indonesia, berhasil meraih penghargaan prestisius dari Asia-Pacific Action Alliance…

2 weeks ago

Norepinephrine – Obat yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Norepinephrine - Obat yang bisa Menurunkan Berat Badan? Norepinephrine merupakan hormon dalam tubuh yang fungsinya…

2 months ago

Dapoxetine – Obat Ejakulasi Dini yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Dapoxetine - Obat Ejakulasi Dini yang bisa Menurunkan Berat Badan? Dapoxetine merupakan obat yang digunakan…

2 months ago

Benzodiazepine – Obat Kejiwaan yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Benzodiazepine - Obat Kejiwaan yang bisa Menurunkan Berat Badan? Benzodiazepine merupakan golongan obat yang tidak…

2 months ago

Klonazepam – Obat Kejang yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Klonazepam - Obat Kejang yang bisa Menurunkan Berat Badan? Klonazepam merupakan obat yang digunakan untuk…

2 months ago

Zonisamide – Obat Antiepilepsi yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Zonisamide - Obat Antiepilepsi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Banyak obat yang beredar dan menawarkan…

2 months ago