Gejala menopause adalah semua keluhan atau gejala yang dialami oleh wanita menjelang menopause. Gejala menopause ini seringkali membuat banyak perubahan pada wanita yang berdampak bukan hanya pada diri sendiri tapi juga orang lain. Apa saja gejala menopause ini? Yuk, simak pada artikel berikut!
Menopause adalah kondisi dimana seorang wanita tidak mengalami siklus menstruasi selama lebih dari 12 bulan berturut-turut. Waktu menjelang menopause disebut dengan perimenopause. Disaat inilah seorang wanita mulai mengalami perubahan menuju menopause. Mulai merasakan banyak perubahan dalam siklus menstruasi atau memiliki gejala seperti hot flashes.
Usia rata-rata wanita menopause adalah sekitar 51 tahun. Namun, transisi menuju menopause biasanya dimulai pada usia pertengahan 40-an.
Gejala menopause bervariasi pada tiap wanita. Beberapa orang mungkin memiliki gejala menopause yang intens, sementara yang lain memiliki gejala ringan. Tidak semua orang akan memiliki gejala yang sama saat memasuki masa menopause. Gejala menopause bisa dibagi dua, yaitu gejala umum dan tambahan.
Gejala menopause yang sering terjadi adalah:
Pada beberapa orang terjadi gejala menopause berikut ini:
Gejala menopause terjadi sebagai akibat dari perubahan hormon. Ketika menopause terjadi dengan sendirinya (menopause alami), maka hal tersebut merupakan bagian normal dari penuaan. Seiring bertambahnya usia, siklus reproduksi mulai melambat dan bersiap untuk berhenti. Siklus reproduksi ini berfungsi sejak pubertas.
Saat mendekati menopause, ovarium menghasilkan lebih sedikit hormon estrogen. Ketika penurunan ini terjadi, siklus menstruasi mulai berubah. Perubahan fisik dan mental dapat terjadi sebagai respon tubuh dalam beradaptasi dengan berbagai tingkat hormon.
Pada beberapa kasus, menopause juga dapat terjadi lebih awal, bisa saja sebelum usia 40 tahun. Menopause dini ini dapat terjadi akibat:
Primary ovarian insufficiency merupakan kelainan genetik atau penyakit autoimun, yang membuat indung telur berhenti berfungsi. Penyakit ini hanya terjadi pada 1% populasi wanita di dunia.
Pada beberapa wanita, terdapat masalah kesehatan pada rahim seperti adanya massa akan yang mengindikasikan tindakan operasi histerektomi. Wanita ini akan cenderung mengalami menopause lebih awal.
Kemoterapi atau radioterapi untuk mengatasi kanker dapat merusak indung telur sehingga mendorong terjadinya menopause dini. Ini termasuk kemoterapi kanker rahim atau payudara. Risiko terjadinya menopause dini tergantung pada obat kemoterapi yang digunakan, lokasi radioterapi, dan usia.
Selain gejala menopause yang mengganggu, terdapat beberapa kondisi yang berisiko lebih tinggi setelah menopause. Risiko ini bergantung pada banyak hal seperti riwayat keluarga, riwayat kesehatan sebelum menopause, dan faktor gaya hidup.
Risiko yang paling sering terjadi setelah menopause adalah berikut:
Osteoporosis, terjadi ketika bagian dalam tulang menjadi kurang padat, sehingga lebih rapuh dan cenderung mudah mengalami patah tulang. Osteopenia adalah penyakit di mana kepadatan tulang menurun dan ini bisa menjadi pendahulu osteoporosis di kemudian hari.
Estrogen memainkan peran penting pada massa tulang. Umumnya, wanita bisa kehilangan rata-rata 25% massa tulang mereka sejak menopause hingga usia 60 tahun. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh hilangnya estrogen.
Untuk ini, kamu bisa konsultasi ke penyedia layanan kesehatan untuk menguji kekuatan tulang. Tes kepadatan mineral tulang, juga disebut densitometri tulang, juga bisa digunakan untuk mengetahui jumlah kalsium pada bagian tulang tertentu. Tes ini bisa digunakan untuk mendeteksi osteoporosis dan osteopenia.
Penyakit arteri koroner adalah penyempitan atau penyumbatan arteri yang menyuplai darah ke otot jantung. Penyakit ini terjadi ketika plak lemak menumpuk di dinding arteri (aterosklerosis). Penumpukan ini umumnya berhubungan dengan tingginya kadar kolesterol dalam darah. Setelah menopause, risiko penyakit arteri koroner meningkat karena beberapa hal, seperti hilangnya estrogen dan peningkatan tekanan darah.
Gejala menopause memang bervariasi, tapi perubahan pola makan dan gaya hidup bisa membantu untuk meringankan gejala menopause. Penelitian menunjukkan modifikasi gaya hidup dapat meningkatkan kualitas hidup serta membantu meringankan gejala menopause.
Apa saja perubahan perilaku yang bisa kamu adaptasi tersebut?
Mengubah pola makan dapat membantu meringankan gejala menopause. Membatasi jumlah kafein yang dikonsumsi setiap hari dan mengurangi makanan pedas dapat membuat hot flash tidak terlalu berat.
Kamu juga bisa menambahkan makanan yang mengandung isoflavon, seperti kedelai. Olahannya seperti susu kedelai atau rebusan kacang kedelai terbukti dapat mengurangi gejala menopause serta menghindari pemicu hot flashes.
Berolahraga bisa jadi sulit dimulai jika sedang mengalami hot flashes, tetapi berolahraga dapat membantu meringankan beberapa gejala menopause lainnya. Untuk itu, mulailah olahraga sedini mungkin!
Jenis olahraga yang tenang dan tenang seperti yoga juga dapat membantu suasana hati dan meredakan kecemasan yang mungkin dirasakan.
Hal-hal tertentu dalam kehidupan sehari-hari bisa menjadi pemicu hot flashes. Untuk membantu meringankan gejala menopause, coba dan kenali pemicu ini dan atasi. Hal ini berupa menjaga kamar tidur tetap sejuk di malam hari, mengenakan pakaian yang nyaman dan hindari alkohol.
Berdasarkan penelitian, penurunan berat badan juga diketahui dapat membantu mengatasi dan meringankan hot flashes.
Menopause merupakan proses yang tidak bisa dihindari, sehingga gaya hidup yang kamu pilih sejak dini sangat berpengaruh terhadap beratnya gejala menopause yang kamu rasakan.
Mulai gaya hidup sehatmu dari langkah kecil yang bisa kamu mulai segera!
Sirka, platform kesehatan digital terkemuka di Indonesia, berhasil meraih penghargaan prestisius dari Asia-Pacific Action Alliance…
Norepinephrine - Obat yang bisa Menurunkan Berat Badan? Norepinephrine merupakan hormon dalam tubuh yang fungsinya…
Dapoxetine - Obat Ejakulasi Dini yang bisa Menurunkan Berat Badan? Dapoxetine merupakan obat yang digunakan…
Benzodiazepine - Obat Kejiwaan yang bisa Menurunkan Berat Badan? Benzodiazepine merupakan golongan obat yang tidak…
Klonazepam - Obat Kejang yang bisa Menurunkan Berat Badan? Klonazepam merupakan obat yang digunakan untuk…
Zonisamide - Obat Antiepilepsi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Banyak obat yang beredar dan menawarkan…
View Comments
Can you be more specific about the content of your article? After reading it, I still have some doubts. Hope you can help me.
Thanks for sharing. I read many of your blog posts, cool, your blog is very good.