Kesehatan Perempuan

Gejala Menopause – Ketahui Cara Menguranginya

Gejala Menopause

Gejala menopause adalah semua keluhan atau gejala yang dialami oleh wanita menjelang menopause. Gejala menopause ini seringkali membuat banyak perubahan pada wanita yang berdampak bukan hanya pada diri sendiri tapi juga orang lain. Apa saja gejala menopause ini? Yuk, simak pada artikel berikut!

Apa itu Menopause?

Menopause adalah kondisi dimana seorang wanita tidak mengalami siklus menstruasi selama lebih dari 12 bulan berturut-turut. Waktu menjelang menopause disebut dengan perimenopause. Disaat inilah seorang wanita mulai mengalami perubahan menuju menopause. Mulai merasakan banyak perubahan dalam siklus menstruasi atau memiliki gejala seperti hot flashes.

Usia rata-rata wanita menopause adalah sekitar 51 tahun. Namun, transisi menuju menopause biasanya dimulai pada usia pertengahan 40-an.

Apa Saja Gejala Menopause?

Gejala menopause bervariasi pada tiap wanita. Beberapa orang mungkin memiliki gejala menopause yang intens, sementara yang lain memiliki gejala ringan. Tidak semua orang akan memiliki gejala yang sama saat memasuki masa menopause. Gejala menopause bisa dibagi dua, yaitu gejala umum dan tambahan. 

1. Gejala Menopause yang Umum Terjadi

Gejala menopause yang sering terjadi adalah:

  1. Hot flashes, juga dikenal sebagai gejala vasomotor (rasa hangat yang tiba-tiba terasa di seluruh tubuh).
  2. Keringat malam dan/atau rasa dingin.
  3. Vagina yang kering sehingga menyebabkan ketidaknyamanan saat berhubungan seks.
  4. Urgensi urin (kebutuhan untuk buang air kecil yang mendesak).
  5. Susah tidur (insomnia).
  6. Perubahan emosional (mudah marah, perubahan suasana hati atau depresi ringan).
  7. Kulit, mata, atau mulut kering.
  8. Payudara menjadi kurang kencang.
  9. Memburuknya sindrom pramenstruasi (PMS).
  10. Periode menstruasi mulai tidak teratur (lebih lama atau sedikit dari biasanya).

2. Gejala Tambahan Pada Menopause

Pada beberapa orang terjadi gejala menopause berikut ini:

  1. Detak jantung yang meningkat.
  2. Nyeri kepala.
  3. Nyeri sendi dan otot.
  4. Perubahan libido (dorongan seksual).
  5. Kesulitan berkonsentrasi atau masalah memori (umumnya bersifat sementara).
  6. Penambahan berat badan.
  7. Rambut rontok atau menipis.

Penyebab Terjadinya Menopause

Gejala menopause terjadi sebagai akibat dari perubahan hormon. Ketika menopause terjadi dengan sendirinya (menopause alami), maka hal tersebut merupakan bagian normal dari penuaan. Seiring bertambahnya usia, siklus reproduksi mulai melambat dan bersiap untuk berhenti. Siklus reproduksi ini berfungsi sejak pubertas. 

Saat mendekati menopause, ovarium menghasilkan lebih sedikit hormon estrogen. Ketika penurunan ini terjadi, siklus menstruasi mulai berubah. Perubahan fisik dan mental dapat terjadi sebagai respon tubuh dalam beradaptasi dengan berbagai tingkat hormon. 

Pada beberapa kasus, menopause juga dapat terjadi lebih awal, bisa saja sebelum usia 40 tahun. Menopause dini ini dapat terjadi akibat:

1. Kelainan pada Ovarium

Primary ovarian insufficiency merupakan kelainan genetik atau penyakit autoimun, yang membuat indung telur berhenti berfungsi. Penyakit ini hanya terjadi pada 1% populasi wanita di dunia.

2.Tindakan Pengangkatan Rahim (Histerektomi) atau Ovarium (Indung Telur)

Pada beberapa wanita, terdapat masalah kesehatan pada rahim seperti adanya massa akan yang mengindikasikan tindakan operasi histerektomi. Wanita ini akan cenderung mengalami menopause lebih awal.

3. Pengobatan

Kemoterapi atau radioterapi untuk mengatasi kanker dapat merusak indung telur sehingga mendorong terjadinya menopause dini. Ini termasuk kemoterapi kanker rahim atau payudara. Risiko terjadinya menopause dini tergantung pada obat kemoterapi yang digunakan, lokasi radioterapi, dan usia.

Risiko Kesehatan Jangka Panjang Terkait Menopause

Selain gejala menopause yang mengganggu, terdapat beberapa kondisi yang berisiko lebih tinggi setelah menopause. Risiko ini bergantung pada banyak hal seperti riwayat keluarga, riwayat kesehatan sebelum menopause, dan faktor gaya hidup. 

Risiko yang paling sering terjadi setelah menopause adalah berikut:

1. Osteoporosis

Osteoporosis, terjadi ketika bagian dalam tulang menjadi kurang padat, sehingga lebih rapuh dan cenderung mudah mengalami patah tulang. Osteopenia adalah penyakit di mana kepadatan tulang menurun dan ini bisa menjadi pendahulu osteoporosis di kemudian hari. 

Estrogen memainkan peran penting pada massa tulang. Umumnya, wanita bisa kehilangan rata-rata 25% massa tulang mereka sejak menopause hingga usia 60 tahun. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh hilangnya estrogen. 

Untuk ini, kamu bisa konsultasi ke penyedia layanan kesehatan untuk menguji kekuatan tulang. Tes kepadatan mineral tulang, juga disebut densitometri tulang, juga bisa digunakan untuk mengetahui jumlah kalsium pada bagian tulang tertentu. Tes ini bisa digunakan untuk mendeteksi osteoporosis dan osteopenia. 

2. Penyakit  Jantung Koroner dan Aterosklerosis

Penyakit arteri koroner adalah penyempitan atau penyumbatan arteri yang menyuplai darah ke otot jantung. Penyakit ini terjadi ketika plak lemak menumpuk di dinding arteri (aterosklerosis). Penumpukan ini umumnya berhubungan dengan tingginya kadar kolesterol dalam darah. Setelah menopause, risiko penyakit arteri koroner meningkat karena beberapa hal, seperti hilangnya estrogen dan peningkatan tekanan darah.

Perubahan Perilaku yang bisa Dilakukan agar Gejala Menopause yang Lebih Ringan

Gejala menopause memang bervariasi, tapi perubahan pola makan dan gaya hidup bisa membantu untuk meringankan gejala menopause. Penelitian menunjukkan modifikasi gaya hidup dapat meningkatkan kualitas hidup serta membantu meringankan gejala menopause. 

Apa saja perubahan perilaku yang bisa kamu adaptasi tersebut?

1. Diet yang Tepat

Mengubah pola makan dapat membantu meringankan gejala menopause. Membatasi jumlah kafein yang dikonsumsi setiap hari dan mengurangi makanan pedas dapat membuat hot flash tidak terlalu berat. 

Kamu juga bisa menambahkan makanan yang mengandung isoflavon, seperti kedelai. Olahannya seperti susu kedelai atau rebusan kacang kedelai terbukti dapat mengurangi gejala menopause serta menghindari pemicu hot flashes.

2. Aktivitas Fisik

Berolahraga bisa jadi sulit dimulai jika sedang mengalami hot flashes, tetapi berolahraga dapat membantu meringankan beberapa gejala menopause lainnya. Untuk itu, mulailah olahraga sedini mungkin!

Jenis olahraga yang tenang dan tenang seperti yoga juga dapat membantu suasana hati dan meredakan kecemasan yang mungkin dirasakan.

3. Hindari Pemicu Hot flashes

Hal-hal tertentu dalam kehidupan sehari-hari bisa menjadi pemicu hot flashes. Untuk membantu meringankan gejala menopause, coba dan kenali pemicu ini dan atasi. Hal ini berupa menjaga kamar tidur tetap sejuk di malam hari, mengenakan pakaian yang nyaman dan hindari alkohol. 

Berdasarkan penelitian, penurunan berat badan juga diketahui dapat membantu mengatasi dan meringankan hot flashes.

Mulai Hidup Sehatmu Untuk Mengurangi Gejala Menopause!

Menopause merupakan proses yang tidak bisa dihindari, sehingga gaya hidup yang kamu pilih sejak dini sangat berpengaruh terhadap beratnya gejala menopause yang kamu rasakan.

Mulai gaya hidup sehatmu dari langkah kecil yang bisa kamu mulai segera!

Dokter Indah Agung Aprilia# and Ainy Suchianti, S.Gz#

View Comments

Recent Posts

Sirka Raih Penghargaan di Kategori Digital Health pada Asia-Pacific Action Alliance on Human Resources for Health (AAAH) 2024

Sirka, platform kesehatan digital terkemuka di Indonesia, berhasil meraih penghargaan prestisius dari Asia-Pacific Action Alliance…

2 weeks ago

Norepinephrine – Obat yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Norepinephrine - Obat yang bisa Menurunkan Berat Badan? Norepinephrine merupakan hormon dalam tubuh yang fungsinya…

2 months ago

Dapoxetine – Obat Ejakulasi Dini yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Dapoxetine - Obat Ejakulasi Dini yang bisa Menurunkan Berat Badan? Dapoxetine merupakan obat yang digunakan…

2 months ago

Benzodiazepine – Obat Kejiwaan yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Benzodiazepine - Obat Kejiwaan yang bisa Menurunkan Berat Badan? Benzodiazepine merupakan golongan obat yang tidak…

2 months ago

Klonazepam – Obat Kejang yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Klonazepam - Obat Kejang yang bisa Menurunkan Berat Badan? Klonazepam merupakan obat yang digunakan untuk…

2 months ago

Zonisamide – Obat Antiepilepsi yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Zonisamide - Obat Antiepilepsi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Banyak obat yang beredar dan menawarkan…

2 months ago