Tahukah kamu? Tanin pada teh merupakan senyawa polifenol, senyawa ini secara alami terdapat dalam tumbuhan seperti daun, biji, kacang, kuliat, dan buah.
Seberapa besar kandungan tanin pada teh? Berapa batasan konsumsi tanin? Apa saja efeknya? Lalu, bagaimana cara mengonsumsi teh yang baik?
Tanin dapat ditemukan dalam teh. Teh menjadi minuman yang sering kita konsumsi dalam kehidupan sehari-hari selain air putih. Konsumsi teh penduduk dunia rata-rata 120 ml/hari per kapita.
Tanin pada teh berperan dalam pemberi rasa sepat yang khas, dengan kandungan tanin sebesar 7-15%. Teh hijau memiliki kandungan tanin yang lebih banyak dibandingkan dengan teh hitam.
Kandungan tanin pada teh juga dapat dipengaruhi oleh durasi pencelupan, dimana saat teh dicelupkan delapan menit dalam air mendidih akan menghasilkan kadar tanin tinggi yaitu 0,35 mg/ml. Semakin lama teh dicelupkan maka warna teh akan semakin pekat, dan kadar tanin akan semakin tinggi.
Kadar tanin yang dapat dikonsumsi berdasarkan Acceptable Daily Intake (ADI) yaitu sebanyak 560 mg/kg berat badan.
Tanin pada teh termasuk ke dalam polifenol yang dapat menghambat penyerapan zat besi, terutama zat besi non-heme atau zat besi yang berasal dari protein nabati. Akibatnya, zat besi non-heme hanya dapat diserap sebanyak 2-10% saja.
Tanin akan mengikat zat besi dengan senyawa logam lain seperti kalsium dan alumunium, kemudian membentuk ikatan senyawa kimia. Dalam ikatan tersebut zat besi dan kalsium akan sulit diserap oleh tulang, hal tersbut akan mengakibatkan penurunan zat besi di dalam tubuh. Jika tubuh kekurangan zat besi, ukuran sel darah merah akan mengecil dan kadar hemoglobin menjadi rendah.
Konsumsi teh satu jam sebelum dan setelah makan atau dikonsumsi bersamaan saat makan akan menurunkan penyerapan zat besi sebesar 64%. Hal tersebut akan berdampak buruk bagi tubuh, terutama bagi penderita anemia.
Anemia rentan terjadi pada remaja putri, karena remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya yang mengakibatkan zat besi dalam tubuh banyak yang hilang. Faktor pertumbuhan dan perkembangan juga dapat meningkatkan kebutuhan zat besi.
Selain itu, ibu hamil juga rentan terkena anemia. Hal ini dapat disebabkan dari berbagai faktor, seperti peningkatan kebutuhan, pola makan yang kurang baik, pengetahuan yang kurang, dan status ekonomi.
Terganggunya penyerapan zat besi tentu saja dapat dihindari, yaitu dengan cara mengonsumsi teh dengan benar.
Jika ingin meminum teh maka minumlah teh minimal 1,5-2 jam sebelum atau setelah makan.
Jika terbiasa minum teh saat makan maka gantilah teh dengan air putih agar lebih sehat. Kemudian membiasakan diri untuk terus minum air putih saat makan.
Mengganti teh dengan minuman yang mengandung vitamin C seperti jeruk peras. Vitamin C akan membantu meningkatkan penyerapan zat besi non-heme hingga empat kali lipat.
Konsumsi teh sehari-hari memang sudah lekat menjadi kebiasaan sebagian orang. Namun, konsumsi teh yang kurang tepat ternyata dapat berdampak pada penyerapan zat besi yang kurang maksimal karena kandungan tanin pada teh.
Ayo ketahui cara mengatur pola makan yang baik dengan ahli gizi disini!
Sirka, platform kesehatan digital terkemuka di Indonesia, berhasil meraih penghargaan prestisius dari Asia-Pacific Action Alliance…
Norepinephrine - Obat yang bisa Menurunkan Berat Badan? Norepinephrine merupakan hormon dalam tubuh yang fungsinya…
Dapoxetine - Obat Ejakulasi Dini yang bisa Menurunkan Berat Badan? Dapoxetine merupakan obat yang digunakan…
Benzodiazepine - Obat Kejiwaan yang bisa Menurunkan Berat Badan? Benzodiazepine merupakan golongan obat yang tidak…
Klonazepam - Obat Kejang yang bisa Menurunkan Berat Badan? Klonazepam merupakan obat yang digunakan untuk…
Zonisamide - Obat Antiepilepsi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Banyak obat yang beredar dan menawarkan…
View Comments
Thank you very much for sharing, I learned a lot from your article. Very cool. Thanks. nimabi