Diet Medis

Diet Autoimun – Kenali Penyakitnya Dahulu, Pilih Dietnya Kemudian

Diet Autoimun

Penyakit autoimun adalah penyakit di mana sistem imun menyerang tubuhmu sendiri karena sistem imun menganggap tubuh sebagai benda asing. Dalam prakteknya, penderita autoimun dapat menerapkan diet autoimun agar gejala yang dialami tidak semakin memburuk.

Seperti apa diet autoimun itu? Makanan apa yang disarankan, dibatasi, atau bahkan dihindari?

Yuk Kenalan dengan Diet Autoimun

Diet autoimun adalah suatu panduan diet yang dapat diterapkan oleh penderita autoimun. 

Tujuan diet ini adalah mampu mengurangi inflamasi, rasa sakit, dan gejala lain yang dapat ditimbulkan oleh penyakit autoimun seperti lupus, diabetes melitus tipe 1, rematik artritis, penyakit celiac, dan lain-lain

Sebetulnya, berbeda dengan beberapa jenis diet lain (diabetes, hipertensi, dan lain-lain), tidak ada standar baku dalam penerapan diet autoimun. Maksudnya bagaimana?

Tidak adanya standar baku pada diet autoimun didasarkan pada beberapa jenis penyakit autoimun. Beda jenis penyakitnya, beda pula diet terbaiknya.

Misalnya, penderita penyakit celiac akan memiliki rekomendasi berbeda jika dibandingkan dengan penderita diabetes melitus tipe 1.

Jadi, mengetahui penyakit autoimunnya terlebih dahulu sangat penting sebelum memilih dietnya.

Fakta lebih lengkap tentang penyakit autoimun dapat kamu baca di sini!

Jenis Diet Autoimun

Ada beberapa metode diet yang cocok untuk penderita penyakit autoimun. Beberapa diet tersebut adalah:

1. Diet AIP

Diet AIP (Autoimmune Protocol) adalah metode diet yang prinsipnya adalah menurunkan faktor risiko inflamasi pada penderita penyakit autoimun. 

Cukup banyak jenis makanan yang dihindari pada diet ini seperti: 

  • Biji-bijian (termasuk nasi dan gandum)
  • Kacang-kacangan
  • Sayuran jenis nightshade (tomat, terong, kentang, paprika, dan lain-lain)
  • Telur
  • Susu dan produk turunannya
  • Minuman seperti kopi dan alkohol
  • Gula proses (gula pasir, gula bit, sirup jagung) dan pemanis buatan

Sedangkan, makanan yang disarankan pada diet AIP adalah  

  • Sayuran (kecuali jenis nightshade)
  • Buah-buahan
  • Umbi-umbian
  • Makanan fermentasi (kombucha, kimchi, sauerkraut, acar)
  • Batasi penggunaan minyak
  • Rempah (kecuali dari biji)
  • Teh hijau dan teh hitam
  • Kaldu tulang

Penerapan diet AIP sendiri sangat ketat dan dibagi atas 2 fase yaitu fase eliminasi dan fase pengenalan ulang. 

Di fase eliminasi ini lah pembatasan makanan tersebut dilakukan. Pada masa pengenalan ulang, makanan yang dihindari tersebut dapat dikonsumsi kembali secara bertahap.

Satu hal yang perlu diwaspadai adalah diet ini cukup berat untuk dilakukan. 

Selain itu, risiko kekurangan zat gizi dapat timbul jika dilakukan dalam jangka waktu yang panjang.

2. Diet Anti-Inflamasi

Tujuan diet ini kurang lebih sama dengan diet AIP yang sudah dibahas sebelumnya.

Namun, yang membedakan adalah diet anti-inflamasi tidak memiliki batasan yang ketat baik dari segi jenis makanan ataupun porsi makanan. Sehingga, jenis dan porsi makanannya dapat disesuaikan.

Diet ini menyarankan konsumsi makanan yang variatif dan tidak hanya fokus di satu atau dua jenis makanan. 

Makanan yang direkomendasikan pada diet ini adalah makanan yang tinggi serat dan antioksidan.

Contoh jenis diet yang dikategorikan sebagai diet anti-inflamasi adalah diet Mediterania dan diet DASH

3. Diet Gluten-Free

Diet gluten-free adalah jenis diet di mana seseorang tidak mengonsumsi makanan sumber gluten. Gluten utamanya dapat ditemukan pada jelai (barley) dan gandum.

Jenis diet ini sangat cocok dilakukan oleh penderita penyakit celiac.

Selain tiga jenis diet di atas, sebetulnya jenis diet lain seperti diet DM juga cocok bagi penderita autoimun, terutama penderita DM tipe 1. Namun, perlu penyesuaian dari segi prinsip diet autoimunnya.

Makanan dan Autoimun

Setelah kamu mengetahui metode diet yang cocok dengan penyakit autoimun, berikut adalah beberapa makanan yang direkomendasikan:

  • Sayur (kecuali jenis nightshade) dan buah
  • Makanan tinggi omega-3 (salmon, kacang walnut, chia seed)
  • Kunyit
  • Teh hitam atau teh hijau
  • Makanan fermentasi (kombucha, kimchi, acar)

Makanan yang perlu diperhatikan lagi konsumsinya bagi penderita autoimun adalah:

  • Daging merah
  • Kopi
  • Telur
  • Alkohol
  • Makanan yang mengandung gluten (terutama untuk penyakit celiac)
  • Sayuran jenis nightshade
  • Susu dan produk turunannya
  • Kacang-kacangan
  • Makanan siap saji

Faktor Risiko Kambuhnya Penyakit Autoimun

Satu hal yang perlu diwaspadai dari penyakit autoimun adalah risikonya untuk kambuh. Makanan menjadi faktor yang harus diperhatikan. 

Perlu diketahui bahwa reaksi setiap penderita autoimun berbeda-beda terhadap satu makanan. Maka dari itu, penting bagi penderita autoimun untuk memahami makanan apa saja yang dapat merangsang gejalanya.

Menghindari makanan yang dapat menyebabkan kambuhnya gejala penyakit autoimun adalah hal mutlak bagi penderita penyakit autoimun.

Beberapa jenis makanan yang masuk kategori perlu diperhatikan lagi konsumsinya adalah makanan yang secara umum paling sering menimbulkan reaksi gejala autoimun bagi penderita

Makanan yang perlu diwaspadai terutama gluten, susu dan produk turunannya, telur, dan kacang-kacangan.

Jika mengalami gejala penyakit autoimun setelah mengonsumsi makanan tertentu, segera hentikan konsumsi makanan tersebut di kemudian hari. 

Terapkan Diet Autoimun agar Tidak Kambuh!

Mengetahui adanya beberapa makanan yang dapat memicu reaksi bagi penderita autoimun, pengetahuan dan penerapan diet autoimun sangat penting untuk dilakukan.

Memang, autoimun tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikendalikan gejalanya agar tidak mengganggu kondisimu sehari-hari.

Konsultasi dengan ahli gizi bersertifikasi dapat dilakukan agar memperoleh pola diet terbaik.

Ingin tahu diet terbaik untukmu untuk mencapai tujuanmu? Yuk klik tautan ini!

I Putu Febrian Andira Putra, S.Gz# and Ainy Suchianti, S.Gz#

View Comments

Share
Published by
I Putu Febrian Andira Putra, S.Gz# and Ainy Suchianti, S.Gz#

Recent Posts

Sirka Raih Penghargaan di Kategori Digital Health pada Asia-Pacific Action Alliance on Human Resources for Health (AAAH) 2024

Sirka, platform kesehatan digital terkemuka di Indonesia, berhasil meraih penghargaan prestisius dari Asia-Pacific Action Alliance…

2 weeks ago

Norepinephrine – Obat yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Norepinephrine - Obat yang bisa Menurunkan Berat Badan? Norepinephrine merupakan hormon dalam tubuh yang fungsinya…

2 months ago

Dapoxetine – Obat Ejakulasi Dini yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Dapoxetine - Obat Ejakulasi Dini yang bisa Menurunkan Berat Badan? Dapoxetine merupakan obat yang digunakan…

2 months ago

Benzodiazepine – Obat Kejiwaan yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Benzodiazepine - Obat Kejiwaan yang bisa Menurunkan Berat Badan? Benzodiazepine merupakan golongan obat yang tidak…

2 months ago

Klonazepam – Obat Kejang yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Klonazepam - Obat Kejang yang bisa Menurunkan Berat Badan? Klonazepam merupakan obat yang digunakan untuk…

2 months ago

Zonisamide – Obat Antiepilepsi yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Zonisamide - Obat Antiepilepsi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Banyak obat yang beredar dan menawarkan…

2 months ago