Aktivitas Fisik

Atrofi Otot – Kehilangan yang Menyakitkan dan Berbahaya

Mengenal Atrofi Otot

Istilah atrofi atau atrophy  (termasuk atrofi otot) merupakan keadaan dimana tubuh mengalami kehilangan sebagian atau keseluruhan jaringan akibat dari penyusutan sel karena berbagai faktor mulai dari fisiologis hingga patologis (kondisi kesehatan).

Atrofi apa pun termasuk atrofi otot memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap keberlangsungan hidup seseorang karena kemungkinan terburuk yang bisa terjadi adalah penurunan hingga kehilangan fungsi organ tergantung dari organ mana yang diserang.

Namun begitu, yang paling sering dialami dan paling terlihat gejalanya adalah atrofi yang menyerang otot ketika terjadi penurunan fungsi akibat hilangnya sel pembentuk otot yang berakibat pada hilangnya kemampuan gerak.

Prinsip “use it or lose it” berlaku disini, yang berarti jika otot tidak digunakan maka akan kehilangan fungsinya secara bertahap.

Artikel atrofi ini berfokus pada atrofi yang menyerang sistem gerak tubuh manusia, faktor dan beberapa kasus yang sering muncul.

Faktor Penyebab Atrofi Otot

Penyebab atrofi otot ada berbagai macam, berikut contohnya: 

  • Malnutrisi (kekurangan gizi)
  • Buruknya kinerja sistem peredaran darah
  • Perubahan hormon
  • Hilangnya suplai saraf pada organ yang menyebabkan kehilangan fungsi gerak akibat cedera tulang belakang, atau patah tulang
  • Gaya hidup sedentari dan kurangnya aktivitas fisik
  • Kondisi bed rest
  • Proses penuaan (sarcopenia)
  • Luka bakar
  • Konsumsi alkohol jangka panjang yang menyebabkan myopathy
  • Faktor gravitasi, biasanya terjadi pada astronot yang bertugas keluar angkasa. Disebutkan dalam factsheet yang dikeluarkan oleh NASA, seorang astronot bisa kehilangan hingga 20% otot tubuhnya dalam durasi penerbangan luar angkasa yang memakan waktu 5-11 hari. Hal ini terjadi karena tidak adanya kontraksi otot akibat ketiadaan gravitasi
  • Kelainan genetik
  • Penyakit tertentu yang menyebabkan tubuh kehilangan jaringan otot secara signifikan

Tipe Atrofi Otot

Adapun beberapa contoh atrofi otot adalah sebagai berikut yang dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Atrofi Fisiologis

Atrofi jenis ini terjadi karena perubahan fungsi organ yang terjadi secara alami sesuai periodenya

1. Vaginal Atrophy

Terjadi pada wanita yang memasuki masa menopause yang ditandai dengan berkurangnya fungsi untuk mengandung dan melahirkan.

b. Atrofi Patologis

Atrofi patologis diakibatkan oleh pengaruh eksternal dan didasari oleh penyakit atau gangguan tertentu. Berikut contohnya:

1. Glandular Atrophy

Menyerang kelenjar di seluruh tubuh yang diakibatkan dari penggunaan obat yang berkelanjutan, penggunaan steroid, pola makan dan gizi yang buruk, faktor penyakit (kanker dan infeksi) dan ketidakseimbangan hormon.

2. Brain Atrophy

Penurunan fungsi otak dan berkurangnya sistem saraf pada otak, biasanya terjadi pada orang dengan kondisi demensia sehingga mengalami gangguan ingatan

3. Skeletal Muscle Atrophy

Atrofi otot jenis ini terjadi akibat kurangnya penggunaan otot baik yang terjadi akibat gaya hidup dan kurangnya penggunaan otot dalam kegiatan harian disebut juga sebagai disuse atrophy. 

4. Neurogenic Atrophy

Selain itu ada juga yang dipengaruhi oleh saraf yang disebut neurogenic atrophy akibat dari cedera dan masalah kesehatan (patah tulang yang menyebabkan daerah yang cedera harus istirahat dan stroke yang membuat tubuh tidak bisa bergerak)

5. Spinal Muscular Atrophy

Terjadi akibat pengaruh genetik yang menyebabkan hilangnya sel saraf yang mengontrol gerakan otot diseluruh tubuh. Atrofi jenis ini dibagi menjadi 4 level tergantung dari tingkat keparahannya.

6. Multiple System Atrophy

Kondisi langka yang memiliki gejala gabungan 2 atau lebih kondisi atrofi akibat dari kelainan sistem saraf yang menyebabkan malfungsi banyak organ di dalam tubuh. 

Gejala Atrofi Otot

Gejala atrofi otot meliputi beberapa keluhan ini:

  • Penyusutan ukuran sehingga salah satu anggota badan lebih kecil daripada yang lain
  • Melemahnya salah satu tangan atau kaki
  • Kebas dan kesemutan di tangan dan kaki
  • Kesulitan untuk berjalan dan menyeimbangkan tubuh
  • Kesulitan berbicara dan menelan
  • Hilangnya fungsi otot wajah (biasa terjadi pada pasien stroke)
  • Kehilangan memori secara bertahap

Penyakit yang memengaruhi atrofi bisanya menyerang saraf atau menghambat suplai darah yang menyebabkan bagian tersebut tidak mendapat kecukupan gizi dan material lain yang menunjang kinerja sel. Berikut penyakit yang sering menjadi penyebab atrofi otot:

  • Amyotrophic lateral sclerosis (ALS)
  • Guillain-Barre syndrome
  • Carpal tunnel syndrome
  • Polio
  • Spinal cord injury
  • Multiple sclerosis
  • Osteoarthritis
  • Rheumatoid Arthritis

Penanganan Atrofi Otot

Kondisi atrofi otot bisa dipulihkan tergantung dari seberapa berat kondisinya. 

Atrofi yang melibatkan hilangnya fungsi saraf akan lebih sulit dikembalikan karena tubuh menganggap tubuh yang tidak dilalui sistem saraf dianggap tidak ada kontraksi otot sehingga tubuh menganggap bagian tersebut tidak membutuhkannya lagi

Berikut hal yang bisa dilakukan untuk menanggulangi efek atrofi dan memperlambat komplikasinya :

a. Penuhi Kecukupan Gizi

Otot adalah cadangan terbesar protein dalam tubuh, tanpa asupan gizi yang cukup maka tubuh akan mulai mengambil kekurangan kebutuhannya dari otot. 

Jika kondisi ini berlangsung dalam waktu lama, maka dampaknya akan makin parah pada tubuh karena memengaruhi struktur tubuh secara keseluruhan.

Tidak ada ada lagi otot yang bisa melindungi tulang untuk menahan benturan dan tidak ada yang menopang otot untuk bergerak dan bertahan pada bentuk yang normal. 

Karena itu, ayo penuhi kecukupan zat gizi!

b. Bergeraklah yang Cukup agar Otot Berkontraksi

Seperti yang disebutkan di atas, jika otot tidak digunakan dan tidak ada kontraksi yang dilakukan maka tubuh akan menganggap otot tersebut tidak diperlukan lagi sehingga tubuh akan berusaha memecah kandungan organ tersebut dan digunakan untuk organ yang lain.

Dengan bergerak dengan cukup, maka impuls akan sampai ke otak yang menandakan bahwa otot tersebut masih digunakan.

Selain untuk menggerakkan otot, latihan teratur juga baik untuk mencegah terjadinya penyumbatan pembuluh darah yang berakibat pada kerusakan organ dan saraf. 

Olahraga teratur sudah dibuktikan di banyak penelitian memberikan manfaat pencegahan hipertensi, stroke, serangan jantung, diabetes, dan penyakit lain yang berhubungan dengan metabolisme sehingga meminimalkan terjadinya bedrest akibat penyakit tersebut.

Untuk pasien dalam kondisi bedrest, bisa dilakukan passive exercise (latihan dibantu tenaga medis atau keluarga yang merawat) dengan cara menggerakkan anggota tubuh dalam gerakan gerakan peregangan untuk mengurangi dampak buruk bedrest dalam jangka waktu lama.

Untuk orang dengan cedera dan dalam fase pemulihan, terapi latihan dan fisioterapi bisa menjadi pilihan sebelum masuk ke latihan yang lebih intens.

c. Operasi

Untuk kasus tertentu diperlukan prosedur operasi untuk mengembalikan fungsi anggota tubuh, terutama pada kasus cedera baik patah tulang maupun cedera yang berhubungan dengan muskuloskeletal lainnya (seperti cedera lutut dan engkel).

Atrofi Otot Itu Nyata, Mari Bergerak Saat Ini Juga!

Atrofi adalah kondisi yang ingin dihindari semua orang. Inti dari pencegahan atrofi otot adalah dengan mengaktifkan kembali tubuh yang tidak digerakkan sebelum tubuh menganggap anggota tubuh tersebut sebagai bagian yang tidak terpakai.

Jika ditinjau dari segi istilah dimana atrofi, berarti proses penurunan fungsi tubuh akibat berkurangnya sel dalam organ tersebut.

Tergantung pada organ yang diserang, atrofi memiliki jenis yang berbeda mulai dar atrofi otot hingga atrofi otak.

Sangat penting untuk memperhatikan asupan harian untuk memenuhi kecukupan gizi terutama protein yang akan disimpan dalam otot dan mempertahankan kinerja terbaiknya

Setelah memenuhi asupan gizi, bergeraklah secara aktif dan mulai latihan sesuai dengan kondisi tubuhmu agar tidak terjadi atrofi otot.

Mulai dengan latihan yang simpel namun konsisten, lalu tambahkan beban dan variasi komponen kebugaran lain untuk mendapatkan hasil optimal

Dengan gerak yang cukup, tubuh akan dianggap masih aktif dan tidak akan dilebur untuk kepentingan organ lain.

Untuk mendapatkan saran terbaik untuk pemenuhan kebutuhan zat gizi dan latihan, yuk klik link ini!

Sirka Curriculum Team# and Pratama Dany Prihandoko, S.Pd. M.Sc#

View Comments

Share
Published by
Sirka Curriculum Team# and Pratama Dany Prihandoko, S.Pd. M.Sc#

Recent Posts

Sirka Raih Penghargaan di Kategori Digital Health pada Asia-Pacific Action Alliance on Human Resources for Health (AAAH) 2024

Sirka, platform kesehatan digital terkemuka di Indonesia, berhasil meraih penghargaan prestisius dari Asia-Pacific Action Alliance…

2 weeks ago

Norepinephrine – Obat yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Norepinephrine - Obat yang bisa Menurunkan Berat Badan? Norepinephrine merupakan hormon dalam tubuh yang fungsinya…

2 months ago

Dapoxetine – Obat Ejakulasi Dini yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Dapoxetine - Obat Ejakulasi Dini yang bisa Menurunkan Berat Badan? Dapoxetine merupakan obat yang digunakan…

2 months ago

Benzodiazepine – Obat Kejiwaan yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Benzodiazepine - Obat Kejiwaan yang bisa Menurunkan Berat Badan? Benzodiazepine merupakan golongan obat yang tidak…

2 months ago

Klonazepam – Obat Kejang yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Klonazepam - Obat Kejang yang bisa Menurunkan Berat Badan? Klonazepam merupakan obat yang digunakan untuk…

2 months ago

Zonisamide – Obat Antiepilepsi yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Zonisamide - Obat Antiepilepsi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Banyak obat yang beredar dan menawarkan…

2 months ago