Kita tidak bisa menampik fakta bahwa makanan adalah sumber bagi kehidupan. Tanpa adanya makanan, kita tidak akan memperoleh energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Tapi, tahukah kamu? Ternyata ada istilah yang disebut makanan GMO.
Saat ini, makanan GMO dikenal di banyak negara sebagai alternatif dari metode konvensional untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia.
Makanan GMO diharapkan dapat membantu dunia dalam mengurangi angka kelaparan, meningkatkan kesejahteraan petani, dan mengurangi dampak buruk bagi lingkungan.
Terdengar bagus sekali, bukan? Namun, tidak semua orang setuju dengan makanan GMO. Keberadaannya pun saat ini masih mengundang berbagai reaksi baik pro maupun kontra.
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Bagaimana kita menanggapinya?
Maka dari itu, yuk kita kenalan dengan GMO!
GMO, singkatan dari Genetically Modified Organism, adalah organisme yang telah mengalami perubahan DNA melalui proses rekayasa genetik. Organisme yang dapat diubah DNA-nya melalui rekayasa genetik ini adalah jamur, tumbuhan, hewan, ataupun bakteri.
Pemanfaatan GMO banyak dilakukan di ranah pertanian dan peternakan. Makanan seperti kedelai, jagung, canola, dan padi adalah contoh yang sudah menerapkan prinsip GMO dalam praktek pertaniannya.
Tahun 1990-an merupakan tahun awal maraknya GMO. Saat itu pula, GMO pertama kali diizinkan sebagai pangan konsumsi manusia di Amerika Serikat, tepatnya tahun 1994. Sejak saat itu, teknologi yang melibatkan GMO pun terus berkembang hingga saat ini.
Tidak hanya di bidang pertanian saja, GMO sebenarnya juga memiliki peran di bidang lain seperti kedokteran dan manajemen lingkungan. Namun, di artikel ini hanya akan dibahas dalam lingkup pertanian dan pemanfaatannya sebagai makanan sehari-hari.
Sekarang, GMO sudah menjadi salah satu langkah dalam pemenuhan agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan untuk tahun 2030 (SDGs – Sustainable Development Goals).
Beberapa tujuan yang ingin dicapai melalui GMO adalah:
Mayoritas, produk GMO dan non-GMO tidak memiliki perbedaan fisik secara mencolok. Bahkan, tidak dapat dibedakan sama sekali. Contoh produk GMO antara lain:
Menurut pakar, cukup banyak dampak positif dari makanan GMO yang dapat dirasakan secara langsung oleh petani ataupun konsumen.
Dilansir dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), dampak positif tersebut yaitu mencegah kerugian masa panen serta tumbuhan lebih toleran atau tahan terhadap serangga, virus, ataupun herbisida.
Selain itu, tumbuhan GMO juga memiliki sifat lain seperti dapat tumbuh dalam jumlah yang lebih banyak dan lebih cepat, memiliki kandungan gizi lebih baik, meningkatkan masa simpan, dan/atau dapat ditanam di cuaca ekstrem.
Dengan hasil pertanian seperti itu, petani mampu menjual lebih banyak hasil panennya dan memperoleh keuntungan lebih besar. Sedangkan, konsumen memperoleh makanan yang lebih awet, bergizi, dan jumlahnya tercukupi.
Seperti yang sudah diangkat di pembahasan sebelumnya, banyak orang di seluruh dunia memiliki pandangan kontra terhadap praktik GMO, tak terkecuali di Indonesia.
Bukan tanpa alasan, lahirnya kontroversi GMO berhubungan dengan rasa khawatir adanya berbagai risiko di aspek kehidupan seperti kesehatan, lingkungan, agama, budaya, etika, psikologi, dan lain-lain.
Beberapa contoh kekhawatiran tersebut adalah makanan GMO bisa jadi mengandung racun, perubahan sifat organisme ke arah yang tidak diinginkan, timbulnya alergi bagi konsumen, dan status halal yang belum terjamin.
Hingga saat ini, masih ada perdebatan di kalangan masyarakat mengenai manfaat ataupun kontroversi GMO.
Dengan adanya pro dan kontra mengenai GMO, maka diperlukan pemahaman lebih mendalam serta pendekatan dari berbagai sisi agar dapat terus menguntungkan masyarakat.
Ilmuwan masih terus meneliti dampak jangka panjang makanan GMO terhadap kesehatan. Sejauh ini, masih belum ditemukan laporan mengenai timbulnya dampak negatif yang diakibatkan oleh konsumsi makanan GMO.
Peredaran makanan GMO pun tetap dilakukan dengan prosedur yang ketat. Di Indonesia, peredarannya diawasi oleh Kementerian Pertanian dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Namun, tidak seperti di Amerika, belum ada label GMO ataupun non-GMO di kemasan produk di Indonesia.
Jadi, selama produk GMO yang beredar di pasaran telah diseleksi secara ketat dan lolos uji, maka produk GMO tersebut tergolong aman untuk dikonsumsi.
Meskipun produk GMO di pasaran sudah lolos uji dan layak edar, bukan berarti kita 100% aman dari risiko yang bisa timbul dari makanan GMO.
Selalu ingat untuk cek tanggal kadaluarsa dan zat alergen yang mungkin saja terkandung dalam produk GMO yang hendak kamu makan. Informasi tersebut sudah ada di kemasan makanan.
Namun, jika kamu lebih memilih non-GMO, kamu bisa konsumsi produk organik sebagai pilihanmu.
Setelah memahami tujuan, kontroversi yang beredar, dan fakta tentang GMO, diharapkan kamu bisa lebih bijak dalam melihat makanan yang beredar.
Perlu digarisbawahi bahwa meskipun ada pro dan kontra dengan adanya GMO, keputusan untuk mengonsumsi produk GMO merupakan pilihanmu.
Poin yang paling penting adalah kita dapat menghargai perbedaan pendapat serta memilih makanan bergizi seimbang sebagai prioritas utama dalam keseharianmu.
Kamu dapat menerapkan prinsip gizi seimbang secara mandiri di rumah ataupun didampingi oleh ahli gizi bersertifikasi.
Sirka, platform kesehatan digital terkemuka di Indonesia, berhasil meraih penghargaan prestisius dari Asia-Pacific Action Alliance…
Norepinephrine - Obat yang bisa Menurunkan Berat Badan? Norepinephrine merupakan hormon dalam tubuh yang fungsinya…
Dapoxetine - Obat Ejakulasi Dini yang bisa Menurunkan Berat Badan? Dapoxetine merupakan obat yang digunakan…
Benzodiazepine - Obat Kejiwaan yang bisa Menurunkan Berat Badan? Benzodiazepine merupakan golongan obat yang tidak…
Klonazepam - Obat Kejang yang bisa Menurunkan Berat Badan? Klonazepam merupakan obat yang digunakan untuk…
Zonisamide - Obat Antiepilepsi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Banyak obat yang beredar dan menawarkan…